28 Februari 2017

Operasi Simpatik mulai 1 Maret 2017

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) melalui Korps Lalu Lintas akan menggelar Operasi Simpatik. Operasi itu akan dimulai serentak di seluruh wilayah Indonesia selama 21 hari, mulai 1 Maret 2017.


 Mengutip Otomania.com, Kabid Bin Gakkum Korlantas Polri, Kombes Pol Chrysnanda Dwi Laksana mengatakan operasi itu merupakan kegiatan kepolisian yang bertujuan memberdayakan, membangun kemitraan, kepekaan, kepedulian dan kesadaran mengenai keamanan serta ketertiban lalu lintas.

"Kegiatan yang dilakukan berupa edukasi, kemitraan membangun keamanan keselamatan ketertiban dan kelancaran lalu lintas secara terpadu, dan berbagai kegiatan kampanye keselamatan pada semua lini," papar Chrysnanda. Lalu apa saja yang menjadi incaran dalam Operasi Simpatik kali ini?
Ada banyak hal yang perlu diperhatikan pengendara dalam Operasi Simpatik kali ini.
Dalam operasi kali ini polisi akan memastikan helm pengendara sepeda motor sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. Begitu juga dengan spion, knalpot, ban, dan spesifikasi teknis lainnya. Juga surat kelengkapan kendaraan dan pengendara.
Bagi yang tak memiliki surat maupun kelengkapan, langsung dikenai sanksi tilang. Nah, bagi pelanggar lalu lintas akan dijatuhi sanksi berdasarkan Undang Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Sanksinya berupa denda hingga ancaman pidana kurungan.

Jika Anda tak mau ditilang, sebaiknya ikuti cara berikut ini:
1. Selalu membawa SIM dan STNK yang masih aktif masa berlakunya,
2. Alat kelengkapan keamanan kendaraan harus lengkap, yakni spion, lampu, rem, klakson, speedometer, knalpot, ban cadangan mobil, dongkrak mobil, kotak P3K dan lainnya.
3. Jangan pernah lepas helm saat berkendara,
4. Jangan menggunakan gawai samblil mengemudi,5. Plat nomor harus tepasang,
6. Ikuti petunjuk rambu lalu lintas dan traffic light,
7. Gunakan sabuk pengaman.(tribunnews)

20 Februari 2017

Kembangkan Tanaman Cabai, Banyuwangi Kerja Sama dengan Belanda

Banyuwangi - Berbagai upaya Pemkab Banyuwangi memajukan daerahnya termasuk meningkatkan kualitas produksi pertanian. Salah satunya adalah bekerja sama dengan Benelux Chamber of Commerce. Kamar Dagang milik negara kincir angin ini akan mengembangkan tanaman cabai di Banyuwangi.


"Alhamdulillah, kami bertemu perwakilan Kadin Belanda, yang didampingi Komite Tetap Hortikultura Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Indonesia. Kami bahas pengembangan cabai di wilayah utara Banyuwangi, tepatnya di Kecamatan Wongsorejo," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Senin (20/2/2017).

Anas menambahkan, saat ini sudah disediakan sekitar 200 hektar lebih di Kecamatan Wongsorejo. Kecamatan Wongsorejo ini itu memang dikenal sebagai pendukung produksi cabai terbesar di Banyuwangi. Bahkan hingga kini Banyuwangi dikenal dengan sentra cabai nasional.

"Kita ingin Kembangkan lagi yang lebih baik. Tentunya kita akan libatkan masyarakat sekitar. Ada 200 hektar lebih yang akan digunakan," tambahnya.

"Saya berharap hilirisasi di sana juga, jadi di wilayah utara itu nanti basisnya agroindustri. Kan untuk kawasan industri di sana sudah susah karena permasalahan lahan dan kami menyerap aspirasi publik. Jawabannya agar ekonomi tetap bergerak adalah industri berbasis pertanian atau agroindustri yang bernafaskan pemberdayaan petani," papar Anas.

Anas optimistis, sinergi dengan Belanda ini akan semakin mengukuhkan posisi Banyuwangi sebagai sentra cabai nasional. "Jadi di wilayah Banyuwangi utara yang relatif kering kan selama ini sudah kita kembangkan cabai dengan sistem irigasi hemat air, dan itu berhasil cukup bagus. Dengan teknologi Belanda ini akan semakin baik lagi," jelasnya.

Executive Director Indonesian Benelux Chamber of Commerce, Peter A. Halm, menambahkan, Belanda siap mengembangkan pertanian Banyuwangi. Pihaknya berencana akan mengembangkan cabai unggulan di Banyuwangi. Cabai ini sudah tersentuh teknologi tinggi yang disesuaikan dengan karakter tanah dan cuaca di Banyuwangi.

Semua proses, kata dia, berdasarkan teknologi pertanian modern berbasis hitungan matematika, ilmu pangan, kimia pangan, mikrobiologi pangan, fisika pangan, dan pengolahan pangan.

"Kami sudah lama mendengar kebaikan-kebaikan serta potensi yang dimiliki Banyuwangi. Ini mengapa kami bekerja sama dengan Kadin Indonesia ingin mengembang industri pertanian di sini," kata dia.

Di Banyuwangi, luas lahan yang digunakan untuk produksi cabai terus meningkat. Pada 2010, luas lahan cabai 1.003 hektar, meningkat menjadi 1.254 hektar pada 2015. Demikian pula luas lahan cabai kecil meningkat dari 2.298 hektar menjadi 2.970 hektar.

Dari sisi produksi, pada 2010, produksi cabai baru berkisar 5.997 ton, lalu melonjak 144 persen pada 2015 menjadi 14.684 ton. Adapun produksi cabai kecil stabil di kisaran 21.000 ton.(detik.com)
Home