22 Desember 2014

Kisah asal mula Tari Gandrung

Kilas Sumberayu- Dikisahkan, konon, sekitar tahun 1767, ketika pasukan kompeni yang dibackup prajurit Mataram dan Madura, menyerang dan meluluhlantahkan Belambangan yang dipimpin Mangwi. Perang ini disebut Perang Bayu yang sadis, keji dan brutal dan hanya menyisahkan sekitar lima ribu prajurit Belambangan dan beberapa penduduk. Para wanita ditawan, sebagai jarahan perang. Dengan berakhirnya Perang Bayu pada 11 Oktober 1772, para prajurit dan penduduknya pergi mengungsi dan tercerai-berai di hutan, gunung dan daerah-daerah lain.

 
Selanjutnya, para prajurit yang cerai-berai itu, berusaha mengumpulkan seluruh kawan-kawan seperjuangannya, dan menahbiskan diri sebagai Gandrung Marsan atau penari laki-laki. Mereka menggelar pertunjukan dari kampung ke kampung. Usai pertunjukan, mereka imbalan berupa beras atau hasil bumi lainnya, yang kemudina dibagi-bagikan kepada pengungsi yang memerlukan bantuan, baik mereka yang mengungsi di pedesaan, di pedalaman, atau yang bertahan hidup di hutan-hutan dengan segala penderitaannya pasca-Perang Bayu.

Lahirnya kesenian yang dijadikan sebagai alat perjuangan menyelamatkan sisa-sisa rakyat yang telah dibantai habis-habisan dan membangun kembali Bumi Belambangan sebelah timur yang telah porak-poranda oleh Kompeni itu. Kemunculan Gandrung Marsan mulai populer atau mencapai masa keemasan pada masa pemerintahan bupati kelima Banyuwangi, yaitu Bupati Pringgokusumo di Tahun 1867. Kemudian, pada perkembangannya, Tari Gandrung tidak hanya dimaikan kaum lelaki, tapi juga wanita. Gandrung wanita pertama adalah Semi, seorang anak kecil yang pada waktu itu, sekitar Tahun 1895, masih berusia sepuluh tahun.

Menurut cerita yang dipercaya masyarakat sekitar, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi, yang bernama Mak Midhah bernazar: "Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing (Kalau kamu sembuh, aku jadikan Seblang, kalau tidak ya tidak jadi)." Akhirnya Semi sembuh dan dijadikan Seblang sekaligus memulai babak baru sejarah Gandrung, yang kali pertama dimainkan kaum hawa. Tarian Seblang ala Semi ini, kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat.


Pada mulanya Gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan Gandrung mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20. Tari Gandrung sendiri, terbagi tiga bagian, yaitu Jejer, Maju atau Ngibing dan Seblang Subuh atau permohonan ampun kepada Tuhan.

Dan di masa kepemimpinan Abdullah Azwar Anas, tarian ini dijadikan salah satu destinasi budaya di Banyuwangi, yang mampu menyedot minat wisatawan mancanegara. Dan secara berturut-turut selama tiga tahun terakhir ini, Festuval Tari Gandrung Sewu turut menghiasi rangkaian HUT Kota Banyuwangi, yang jatuh pada 18 Desember. (dari berbagai sumber)

18 Desember 2014

Delapan Kecamatan di Banyuwangi Berpotensi Banjir


BANYUWANGI – Memasuki puncak musim hujan akhir Desember ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi mulai melakukan pemetaan wilayah yang berpotensi dilanda banjir dan tanah longsor. Hasilnya, sepuluh kecamatan dinyatakan masuk kanrasan rawan longsor dan delapan kecamatan dinyatakan masuk kawasan rawan banjir. KepaIa Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi.

Kusiyadi mengatakan, sejauh ini pihaknya sudah melakukan pemetaan beberapa kecamatan di Banyuwangi yang berpotensi dilanda banjir dan tanah longsor. “Sudah kita pctakan kecamatan-kecamatan yang berpotensi banjir dan longsor di musim hujan, terutama wilayah perbukitan dan lereng gunung.” ujarnya kemarin (16/12). Hasil pemetaan yang di lakukan BPBD, kata Kusiyadi, terdata delapan kecamatan di Banyuwangi berpotensi dilanda banjir, diantaranya Kecamatan Banyuwangi, Kalipuro, Kabat, Rogojampi, Muncar, Pesanggaran, Siliragung, dan Wongsorejo.

Sepuluh kecamatan masuk kawasan berpotensi tanah longsor. Daerah rawan longsor itu meliputi kecamatan di wilayah perbukitan dan lereng gunung seperti Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Licin, Glagah, Kabat, Songgon, Siliragung. Pesanggaran, Glenmore, dan Kalibaru. Meski sudah pemetaan, bukan berarti kecamatan yang tidak terpetakan tidak ber potensi. Apalagi, bencana tidak bisa diduga dan diprediksi. Akan tetapi, dengan mengamati letak wilayah dan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, di kecamatan-kecamatan tersebut seting terjadi bencana.” Dengan memetakan wilayah rawan banjir dan longsor, kita bisa menyusun rencana antisipasi, seperti menyiapkan peralatan dan personel, imbuh Kusiyadi.

Namum yang lebih terpenting kata dia, mengantisipasi terjadi bencana sewaktu-waktu, BPBD meningkatkan perantara wilayah melalui Pusat Pengendali Operasi (Pusdal Ops) di kantor BPBD Jalan Jaksa Agung suprapto, Banyuwangi. Pusdal Ops itu setiap waktu menerima mengolah, dan menyebarluaskan, informasi tentang wacana melalui saluran telekominikasi radio VHF, HF, email, media sosial, telepon. BBM (BlackBerry Messenger) dan telepon seluler (ponsel). “Kami memantau teman-teman relawan di seluruh kecamatan melalui saluran komunikasi radio difrekuensi 15.5180 Mhz,” pungkas salah satu petugas Pusdal Ops BPBD Banyuwangi, Soekri. (radar)

10 Desember 2014

LSM Gerakan Rakyat Mandiri Santuni Yatim dan Fakir Miskin


Bertempat di Balai Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM GeRaM) memberikan Bantuan Sembako terhadap 50 Fakir Miskin yang ada diwilayah Kecamatan Muncar, serta 80 Anak yatim. Sebagian besar penerima bantuan tersebut adalah warga Desa Sumberberas Kecamatan Muncar. Hal ini disampaikan Ketua LSM GeRaM Syafa'at, SH, MHI dalam sambutanya.

Sekretaris Desa Kedungrejo mewakili Kepala Desa Kedungrejo menyampaikan rasa terima kasih atas Kegiatan santunan yang dilaksanakan diwilayahnya, hal ini mengingat selama ini yang didengar dari masyarakat, yang namanya LSM adalah sebuah organisasi yang biasanya mencari cari kesalahan orang lain, sehingga membuat takut seseorang. Dan Imam Rudianto selaku Sekretaris Desa  Kedungrejo berharap agar LSM lainnya juga meniru kegiatan yang dilakukan oleh LSM GeRaM.

Beberapa orang sempat meneteskan air mata ketika salah satu penerima Santunan yang mewakili peserta santunan lainnya disebutkan berasal dari Aceh yang saat ini dirawat oleh warga Desa Sumberberas.
Novan, Siswa kelas IV MI Islamiyah ini kedua orang tuanya adalah korban bencana Tsunami tahun 2005, Novan dan beberapa temannya yang yatim piyatu saat ini dirawat beberapa warga yang ada diwilayah Desa Sumberberas.selain Novan, masih ada beberapa anak korban Tsuami Aceh yang ada di Desa Sumberberas.

Ketua LSM GeRaM, Syafa'at, SH, MHI menyatakan bahwa kegiatan semacam ini sudah tahun yang kedua yang dilakukan lembaganya, pada tahun sebelumnya kegiatan hanya terfokus diwilayah Desa Sumberberas, dan untuk tahun ini bisa mencakup 10 Desa yang ada diwilayah Kecamatan Muncar. adapaun dana yang diperoleh Lembaga ini  berasal dari perorangan maupun lebaga/perusahaan yang peduli terhadap penanggulangan kemiskinan. Disampaikan oleh Syafa'at,SH, MHI, bahwa sebenarnya banyak perorangan, lembaga/perusahaan yang pedul terhadap penanggulangan kemiskinan, namun mereka enggan menyalurkan dananya kalau lembaga penyalur dana tersebut belum terbukti amanah. dan Alhamdulillah menurut Syafa'at, SH, MHI, lembaga yang dipimpinnya selama ini masih mampu menjaga amanah tersebut.









Kegiatan ini juga dihadiri oleh pengurus LSM dari Kecamatan Srono. menurut Slamet Santoso, warga Srono yang juga pengurus sebuah LSM menyatakan bahwa Kegiatan semacam ini sangat positiv dan dapat mengangkat citra LSM yang selama ini ada beberapa yang mensalah gunakan, sehingga LSM hanya terkesan lembaga dengan citra Negatriv. ( syaf )


   

04 Desember 2014

Korban Hantu Facebook

Kilas Sumberayu- Manfaat Facebook begitu banyaknya, mulai dari berbagi informasi, komunikasi biasa sampai mencari duit bisa dilakukan melalui jejring sosial yang satu ini, tak jarang yang menggunakan media Facebook sebagai sarana untuk menyebar berita yang kurang bisa dipertanggungjawabkan atau sejenis kejahatan dunia maya dengan memakai akun palsu atau membajak akun milik orang lain kemudian digunakan menyebar berita yang bernada provokasi. Hal ini juga yang terjadi pada Ibu Kepala Desa Sumberberas, Sri Purnanik, beliau memang memiliki akun Facebook dengan nama akun Sri Purnanik, namun tidak aktif membukanya, bahkan bisa dibilang tidak pernah membuka meski hanya sekedar membaca status-status facebook dari daftar temannya.


"Saya tidak pernah membuka facebook, namun kenapa bisa akun saya mengupload foto di facebook," ucap bu Kades Sripurnanik, tadi pagi di Balaidesa Sumberberas 04/12/2014. "Saya merasa kurang punya waktu untuk facebookan," imbuhnya

Demikian juga yang terjadi pada Gus Tokin yang merasa tidak pernah aktif meskipun memiliki akun Facebook dengan nama To Chin (www.facebook.com/to.chin.37), namun facebooknya hanya digunakan waktu Pileg atau Pemilihan Umum beberapa waktu lalu untuk sarana kampanye, karena memang Gus Tokin daftar menjadi Caleg dari PKS waktu itu


"Saya tidak pernah membuka facebook, tapi kenapa akun facebook saya bisa share berita, itupun dikasih tahu oleh istri saya," ucap Gus Tokin tadi pagi di balaidesa Sumberberas

Yang jadi pertanyaan, 'Siapa yang aktif di balik kedua akun facebook tersebut?' atau mungkin ada hantu yang bisa menjalankannya..??
Home