Air yang merendam ratusan rumah warga itu diduga berasal dari persawahan yang tidak mampu menampung debit air yang sangat tinggi. "Air dari persawahan meluap ke perumahan penduduk," terang Basori, 52, warga Dusun Muncar Baru, Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar.
Menurut Basori, air mulai meluap sekitar pukul 03.30 Senin pagi (27/6). Air dari luapan persawahan itu pada pukul 06.00 semakin besar hingga ketinggian mencapai lutut orang dewasa.
"Awalnya hanya setinggi mata kaki. Yang paling parah berada di kawasan dataran rendah," terangnya.
Genangan air itu semakin parah saat serumpun bambu yang hanyut terbawa air melintang di jembatan Gun di Dusun Palurejo, Desa Tembokrejo, hingga menyumbat saluran dan air naik ke permukaan jembatan. Air yang menggenang cukup tinggi itu juga terlihat di Dusun Krajan, Desa Tembokrejo, tepatnya di jalan simpang tiga tugu Sultan Agung.
Di tempat itu, air naik ke jalan raya mencapai lutut orang dewasa. Sejumlah anak-anak justru asyik bermain di jalan raya sambil berendam dan bermain sepeda. Kepala Dusun Krajan, Desa Tembokrejo, Wiyantoro, 52, mengatakan ada sedikitnya 100 rumah warga di Dusun Krajan yang terendam banjir, yakni di wilayah RW 3, RW7, RW 5, RW 6, RW 15, 16, 18, dan RW 19.
"Ada ratusan rumah tergenang, tapi tidak ada korban jiwa," ungkapnya. Banjir yang terjadi itu tidak sampai merusak bangunan rumah milik warga atau menghanyutkan barang seperti saat terjadi banjir pada 8 Juni 2016 lalu.
"Airnya itu naik perlahan-lahan, jadi warga masih bisa mengantisipasi. Barang perkakas di naikkan ke tempat yang tinggi," katanya. Gara-gara banjir ini, sejumlah warga yang tinggal di Dusun Tratas, Desa Kedungringin, Kecamatan Muncar, terpaksa meninggalkan rumahnya. Sebab, air kembali menggenangi rumahnya.
"Sementara mengungsi ke rumah tetangga yang tidak terkena banjir," terang Masrifah, 52, salah satu warga Dusun Tratas, Desa Kedungringin. Meski banjir kali ini tak sedahsyat beberapa waktu lalu, tapi banjir ini cukup membuat syok warga, terutama yang ada di sekitar Dusun Tratas, Desa Kedungringin.
"Banjir dua minggu lalu itu kami ini tidak pernah mendapat bantuan, ini banjir lagi. Semua bahan makanan sudah habis terendam air," ungkap Marliga, 33, warga Dusun Tratas, Desa Kedungringin. Camat Muncar, Yusdi Irawan, bersama kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi, Kusiyadi, langsung turun ke lokasi banjir untuk memantau kondisi banjir dan mencari penyebab meluapnya air tersebut.
"Yang jelas banjir ini luapan dari sawah, bukan dari sungai seperti banjir dua minggu lalu," ujar Camat Yusdi Irawan. Hingga Senin sore (27/6) masih belum ada laporan adanya korban jiwa. Banjir kali ini juga relatif lebih kecil dibanding banjir dua minggu lalu.
"Hanya rumah terendam, tidak sampai menghanyutkan dan merusak rumah dan fasilitas umum," sebut Kepala BPBD Banyuwangi, Kusiyadi. (radar)