05 November 2011
Berqurban untuk Siapa?
Sudah menjadi budaya ketika tiba saatnya hari raya Qurban atau Idul Adha, muslim yang mampu untuk melaksanakan qurban akan membeli kambing atau sapi kemudian dibawa ke masjid, musholla atu ke panitia qurban untuk dikurbankan dengan cara kambing atau sapinya disembelih kemudian daginnya dibagi-bagikan kepada masyarakat yang layak untuk menerimanya, biasanya dibagikan kepada fakir miskin, warga lingkungan sekitar tempat penyembelihan qurban dan panitia qurban sendiri bahkan yang melaksanakan qurban juga ikut bagian. Setelah menerima daging qurban maka yang menrima pembagian daging akan asik mengolah daging tersebut sesuai seleranya masing-masing
Jika dasar dari pelaksanaan qurban oleh muslim itu cerita tentang Qobil dan Habil yang mempersembahkan hasil dari pekerjaannya kepada Tuhan SWT, atau cerita tentang nabi Ibrahim yang menyembelih anaknya yaitu nabi Ismail dengan mengikuti wahyu dari Tuhan yang diterimanya lewat mimpi,padahal Ismail adalah putra yang disayanginya dan sekian lamanya tidak memeiliki anak kemudian disembelih untuk Tuhan. Seperti yang tertulis dalam Al-Qur'an
Disebutkan dalam Al Qur'an, Allah memberi perintah melalui mimpi kepada Nabi Ibrahim untuk mempersembahkan Ismail. Diceritakan dalam Al Qur'an bahwa Ibrahim dan Ismail mematuhi perintah tersebut dan tepat saat Ismail akan disembelih, Allah menggantinya dengan domba. Berikut petikan surat Ash Shaaffaat ayat 102-107 yang menceritakan hal tersebut.
102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
103. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).
104. Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,
105. sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
107. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (wikipidia)
Sungguh mulia dan sungguh sangat hormat kepada Tuhan jika memang hal tersebut yang dicontoh untuk melaksanakan qurban kepada Tuhan, yaitu memberikan atau mempersembahkan yang terbaik untuk Tuhan. Namun pada pelaksanaan qurban yang sering terjadi sepertinya tidak nyambung dengan contoh yang ditauladani, cara penanaman pengertian beserta tindakan yang dicontohkan oleh pemberi pengertianpun terasa sangat berbeda dengan tindakan dari Qobil dan Habil atau Ibrahim dan Ismail
Seharusnya melaksanakan kurban seperti yang tertulis di Al Qur'an Pada surat Al Maaidah ayat 27 disebutkan: Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa".
Namun apa yang tertanam pada pengertian dan pemahaman yang selama ini terjadi di kalangan muslim, terutama di Indonesia, melaksanakan qurban hanya ketika mersa mampu untuk membeli beberapa ekor kambing atau sapi kemudain dibawa ke tempat penyembelihan qurban untuk disembelih, atau jika merasa tidak mampu membeli sendiri maka akan patungan dengan alasan latihan qurban. Dan setelah itu bisa dikatakan sebagai pesta daging karena daging akan dibagi-bagi saat setelah penyembelihan hewan yang diqurbankan, biasanya sudah dipersiapkan tusuk daging beserta bumbu sate untuk menikmati daging hewan yang diqurbankan tersebut, atau bumbu-bumbu yang lainya. Saat menikmati daging yang diolah mungkin masih bisa diterima akal karena jika tidak diolah nanti dagingnya akan busuk atau terbuang dengan percuma
Namun jika melihat dari contoh tindakan dasar melaksanakan qurban dan pelaksanaan qurban terasa sungguh berbeda. Karena dasar aslinya adalah Mempersembahkan atau Mengqurbankan yang dianggap terbaik untuk Tuhannya dan pelaksanaannya sekarang adalah patungan atau kadang malah arisan. Apakah dengan jalan patungan atau arisan itu bisa dikatakan berkurban yang terbaik untuk dipersembahkan kepada Tuhan? Atau mungkin tepatnya bisa dikatakan "Asal melaksanakan qurban."
Jangan pedulikan apapun yang akan kita dapatkan setelahnya niatkan "Qurbankan yang terbaik untuk dipersembahkan kepada Tuhan dengan tulus dan ikhlas." Selamat melaksanakan Qurban bagi yang mampu melksanankan