24 Juli 2012

Pelajaran Berbohong itu dari Ibu

Kilas Sumberayu- Kita merasa sedih, marah, bahkan sakit hati atau dendam saat kita menyadari dan mengetahui bahwa kita telah dibohongi oleh orang lain, apa lagi jika yang berbohong tersebut adalah orang dekat kita atau orang yang telah kita percayai. Namun pernahkah kita menyadari bahwa pelajaran berbohong itu justru dicontohkan oleh orang dekat kita atau orang yang kita sakralkan, karena orang tersebut adalah seseorang yang bisa membuat kita jadi 'terkutuk' atau dalam istilah jawa 'kuwalat', orang tersebut adalah ibu kita sendiri

Seringkali seseorang itu ingin selalu tampak baik di mata orang lain walau cara untuk menampakkan kebaikan itu seringkali dengan berbohong, meskipun saat mengatakan apa adanya juga tidak menjadikan masalah atau tidak merugikan orang lain, namun lebih suka berbohong entah apa alasannya. Demikian juga yang dilakukan seorang ibu saat bercengkerama deng orang lain (bukan keluarga sendiri), seringkali mengucap kebohongan, dan kadang terucap di depan anak-anaknya, bahkan sering juga setelah mengucap sebuah kebohongan justru bilang pada anaknya, "Jangan berbohong, karena itu tidak baik."

Ketika ibu mengetahui anaknya berbohong, seketika Ibu menghela napas sangat kencang, dahi mengerut, tangan mengepal, lalu tiba-tiba si kecil bertanya, "Ibu marah?" lalu Ibu menjawab sambil cemberut, "Enggak, Ibu enggak marah". Bahasa tubuhnya sudah jelas menunjukkan sang Ibu marah dan kesal, tetapi Ibu malah mengatakan sebaliknya.

Saat tindakan dan kata-kata tidak sinkron, Ibu mengirimkan pesan ganda kepada anak. Ibu membohongi perasaan, tetapi Ibu menunjukkan apa yang sebenarnya dirasakan melalui tubuhnya.

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa bagi yang menjalankannya

Artikel Terkait

Home