27 November 2012

Mendongkrak Nafsu Makan dengan Ganja (Cimeng)


Dibalik efek negatif pasti tersimpan efek positif, ibarat sebuah pisau jika dipergunakan tepat sasaran pisau akan bermanfaat bagi kita semua. Demikian juga dengan ganja (cimeng) dengan tatacara penggunaan yang tidak berlebihan dan sebagaimana perlunya tidak boleh dijadikan hanya untuk kepuasan sesaat, ganja ini bisa bermanfaat untuk kesehatan.
Dikutip dari Inilah.com penelitian terbaru yang dilakukan tim dari University of Alberta menunjukkan bahwa daun ganja ternyata mengandung bahan aktif yang dapat menambah nafsu makan para pasien kanker.
"Bahan aktif dalam ganja yang disebut delta-9-tetrahydrocannabinol (THC), dapat meningkatkan selera makan dan kemampuan pengecapan pada pasien kanker stadium lanjut," jelas peneliti.
Sebelumnya, ganja telah dikenal dapat mengurangi gejala mual pada pasien kanker, sehingga menggunakan THC juga dapat berfungsi sebagai perangsang selera makan.
Hasil penelitian menunjukkan 37% dari kanker pasien yang mengambil 2,5 miligram senyawa dalam bentuk pil THC 2 atau 3 kali sehari selama 18 hari, melaporkan peningkatan selera makan, dibandingkan dengan 30% pasien yang mengambil plasebo (obat kosong).
Dan 64% pasien yang mengambil THC melaporkan nafsu makan meningkatkan dibandingkan dengan 50 persen pasien yang mengambil plasebo.
"Ganja memiliki reputasi yang buruk bagi orang sehat, tetapi studi menunjukkan bahwa ganja juga memiliki efek yang baik bagi pasien kanker," jelas peneliti Wendy Wismer, seorang ilmuwan makanan di University of Alberta di Kanada.
Wismer mengatakan, pasien kanker yang dapat menikmati makanan dan tidak merasa lapar adalah perbaikan yang besar untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
"Pasien kanker stadium lanjut sering mengalami wasting syndrome, dimana tubuh membakar kalori lebih cepat ketimbang orang yang tidak menderita kanker. Tapi di sisi lain, pasien kanker sering kehilangan nafsu makannya," jelas Wismer.
Menurut Wismer, studi ini dapat menunjukkan bahwa THC dapat membantu mengatasi wasting syndrome. "Selanjutnya, temuan ini harus diuji dalam penelitian yang lebih besar dengan lebih banyak pasien," kata Wismer.
Tak hanya itu, disebutkan juga bahwa pada umumnya, mengisap ganja memberikan efek santai pada pengguna. ganja juga meningkatkan nafsu makan.
Dilansir, berbagai sumber, Drug Enforcement Administration (DEA) and the Drug Policy Alliance (DPA), menyebutkan beberapa keunggulan ganja untuk kesehatan. Apa saja ?
Sembuhkan multiple sclerosis
Dilansir Dailymail, ekstrak daun ganja juga bisa digunakan dalan penyembuhan penyakit multiple sclerosis.
Seperti diketahui, multiple slerosis merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf yang diakibatkan oleh kerusakan myelin, sebuah pelindung yang mengelilingi serabut pada sistem saraf pusat. Saat myelin mengalami kerusakan, organ tersebut akan mengganggu penyampaian pesan antara otak dan bagian tubuh lainnya.
Obat kanker
Ganja bisa menjadi salah satu obat dalam terapi penyembuhan kanker. Cara kerjanya adalah dengan mengaktifkan molekul-molekul dalam tubuh seperti cannabinoid receptor, yang pada akhirnya akan menghentikan pengiriman sinyal rasa sakit ke otak.
Penangkal arthritis
Senyawa dalam ganja juga disebutkan mampu membantu menyingkirkan penyakit arthritis, sakit kepala, parkinson, glaukoma, hipertensi, alzheimer, dan lainnya selama penggunaannya dalam batas wajar.
Epilepsi
Senyawa cannabidiol dalam tanaman ganja efektif dalam meredakan nyeri yang terjadi di otak, yang biasanya menjadi pemicu kejang pada pasien epilepsi. Senyawa inidibantu oleh senyawa lain dalam tanaman ganja, yakni GWP42006.
Pendongkrak nafsu makan
Studi baru di Kanada menyebutkan bahwa bahan aktif dalam ganja dapat membantu pasien kanker mendapatkan kembali selera dan indera perasa mereka.
Hilangnya nafsu makan adalah kondisi umum pada pasien kanker, baik karena kanker itu sendiri maupun pengobatannya yang memengaruhi rasa dan bau sehingga menyebabkan hilangnya kenikmatan makanan.
Secara acak, pasien menerima obat dari apoteker dengan cara double-blind, yang berarti bahwa baik pasien maupun dokter sama-sama tak tahu obat yang diterima.
Sebelas pasien menerima kapsul oral yang mengandung delta 9 tetrahydrocannabinol (THC) bahan psikoaktif utama dalam ganja dan delapan pasien menerima kapsul plasebo.

26 November 2012

Membangkitkan Daya Cipta, Rasa dan Karsa dalam Nuansa Budaya, Nasionalis dan Religi



Kilas Sumberayu- Malam tadi 25 Nopember 2012 lapangan Sumberberas dipadati oleh lautan manusia sejak pukul 07.00 karena Ada Perayaan Tahun baru Islam, Hari Pahlawan dan Harjaba dikemas dalam satu acara oleh Karang Taruna Cipta Wira Mukti desa Sumberberas kembali dengan mengadakan parade musik sekaligus menjaring Pemuda-pemuda yang kreatif dan membangkitkan rasa cinta tanah air dengan tema acara Membangkitkan Daya Cipta, Rasa dan Karsa dalam nuansa Budaya, Nasionalis dan Reliji . Peserta diwajibkan memilih lagu dengan salah satu dari 3 tema, Religi, Nasionalis atau Lagu Daerah Banyuwangi



"Acara seperti ini mestinya nanti diagendakan sebagai acara tahunan, agar pemuda Sumberberas lebih semangat lagi," ucap Kades Sumberberas Sri Purnanik, sore tadi. Memang tampak semangat kebersamaan dari anggota Karang Taruna Cipta Wira Mukti yang terlibat dalam kepanitiaan acara

"Karang Taruna ini baru dikukuhkan beberapa bulan lalu, tepatnya pada 29 April 2012, namun sudah beberapa kali membuat acara dan tampak kreatifitasnya, " imbuh Kades Sumberberas di sela sambutan beliau pada awal acara. Dan beliau menyisipkan pengumuman bagi warga Sumberberas yang belum melaksanakan pengambilan gambar untuk e-KTP bahwa batas akhir foto e-KTP diundur sampai dengan 31 Desember 2021

25 November 2012

Muharam, Hari Pahlawan dan Harjaba



Kilas Sumberayu- Perayaan Tahun baru Islam, Hari Pahlawan dan Harjaba dikemas dalam satu acara oleh Karang Taruna Cipta Wira Mukti desa Sumberberas kembali dengan mengadakan parade musik sekaligus menjaring Pemuda-pemuda yang kreatif dan membangkitkan rasa cinta tanah air. Peserta diwajibkan memilih lagu dengan salah satu dari 3 tema, Religi, Nasionalis atau Lagu Daerah Banyuwangi



"Sudah lama di Sumberberas tidak ada even seperti ini, semoga ini bisa dijadikan agenda tahunan," kata Arimbi, salah satu warga yang ikut menikmati acara di tengah panasnya sengatan matahari siang ini

22 November 2012

SEBLANG Ritual Bersih Desa di Banyuwangi

Kilas Sumberayu- Pada awalnya kesenian Seblang merupakan bentuk kesenian berdasarkan mithologi, konon seblang adalah sisa dari kebudayaan para Hindu yang banyak dianut oleh masyarakat Indonesia pada masa lampau. Tari Seblang melambangkan kesuburan dengan simbol mahkota yang dipakai oleh sang penari yang dihias dengan kembang aneka warna yang melambangkan kesuburan. Seperti terdapat pada petikan dari sebuah naskah kuno bernama 'Atharvaveda' yang berbunyi "Perempuan datang sebagai lahan hidup; taburkanlah benih ke dalamnya, oh para lelaki." Satu kesimpulan yang bisa ditarik dari sini adalah betapa wanita merupakan sosok penting dalam mitos kesuburan, baik kesuburan tanaman maupun kesuburan reproduksi.

Menurut cerita dahulu Seblang dilakukan di setiap desa di Banyuwangi , sekarang hanya dapat dijumpai di dua desa dalam lingkungan kecamatan Glagah, Banyuwangi, yakni desa Bakungan dan Olihsari ( Olehsari ). Walaupun ada beberapa perbedaan diantara keduanya, tetapi pada dasarnya berintikan sama, yaitu : memanggil Roh Halus untuk menari melalui wadag seorang perempuan.

Ritual ini dilaksanakan untuk keperluan bersih desa dan tolak bala, agar desa tetap dalam keadaan aman dan tentram.Penyelenggaraan tari Seblang di dua desa tersebut juga berbeda waktunya, di desa Olihsari diselenggarakan satu minggu setelah Idul Fitri, sedangkan di desa Bakungan yang bersebelahan, diselenggarakan seminggu setelah Idul Adha.

Tari Seblang ini dimulai dengan upacara yang dibuka oleh sang dukun desa atau pawang. Sang penari ditutup matanya oleh para ibu-ibu yang berada dibelakangnya, sambil memegang tempeh (nampan anyaman dari bambu). Sang dukun mengasapi sang penari dengan asap dupa sambil membaca mantera. Setelah sang penari kesurupan (taksadarkan diri atau kejiman dalam istilah lokal), dengan tanda jatuhnya tempeh tadi, maka pertunjukan pun dimulai. Si seblang yang sudah kejiman tadi menari dengan gerakan monoton, mata terpejam dan mengikuti arah sang pawang atau dukun serta irama gendhing yang dimainkan. Kadang juga berkeliling desa sambil menari. Setelah beberapa lama menari, kemudian si seblang melempar selendang yang digulung ke arah penonton, penonton yang terkena selendang tersebut harus mau menari bersama si Seblang. Jika tidak, maka dia akan dikejar-kejar oleh Seblang sampai mau menari.

Musik pengiring Seblang hanya terdiri dari satu buah kendang, satu buah kempul atau gong dan dua buah saron. Sedangkan di Olihsari ditambah dengan biola sebagai penambah efek musikal.
Dari segi busana, penari Seblang di Olihsari dan Bakungan mempunyai sedikit perbedaan, khususnya pada bagian omprok atau mahkota.

Pada penari Seblang di desa Olihsari, omprok biasanya terbuat dari pelepah pisang yang disuwir-suwir hingga menutupi sebagian wajah penari, sedangkan bagian atasnya diberi bunga-bunga segar yang biasanya diambil dari kebun atau area sekitar pemakaman, dan ditambah dengan sebuah kaca kecil yang ditaruh di bagian tengah omprok.

Pada penari seblang wilayah Bakungan, omprok yang dipakai sangat menyerupai omprok yang dipakai dalam pertunjukan Gandrung, hanya saja bahan yang dipakai terbuat dari pelepah pisang dan dihiasi bunga-bunga segar meski tidak sebanyak penari seblang di Olihsari. Disamping unsure mistik, ritual Seblang ini juga memberikan hiburan bagi para pengunjung maupun warga setempat, dimana banyak adegan-adegan lucu yang ditampilkan oleh sang penari seblang ini.

Upacara kesenian ritual Seblang adalah salah satu bentuk tradisi tari sakral yang bermotivasikan agraris spiritual. Bertujuan untuk kemakmuran masyarakat, dengan mengupayakan kesuburan tanah atau mengusir penyakit. Dengan mengadakan Seblang, masyarakat setempat akan terhindar dari malapetaka.

Prosesi Ritual Seblang Bakungan
Selayaknya ritual lain, secara detail Tari Seblang Bakungan pun memiliki beberapa tahapan sebelum mencapai ritual puncak. Inilah urutan ritual yang harus dijalankan :

Penari Seblang dirias dan mengenakan busana tarinya. Pada bagian tubuh dan wajahnya, dibaluri sejenis tepung batu halus berwarna kuning (biasa disebut atal ) yang dicampur dengan air. Lalu sang penari pergi berjalan menuju arena dengan beberapa penyanyi perempuan dan pemilik hajat.

Pada tahapan kedua ini, sang penari dikenakan mahkota yang dihias beraneka bunga dengan beragam warna. Tak lupa, sang penari memegang nyiru dengan tangannya. Lalu ada seorang perempuan tua yang menutup mata sang penari dengan tangannya. Setelah itu ada sang pawang yang membakar dupa serta merapal mantra untuk memanggil dhanyang (roh penjaga desa) yang dikenal dengan nama Buyut Kethut, Buyut Jalil, dan Buyut Rasio agar memberkahi pertunjukan Seblang ini. Saat nyiru yang dipegang penari Seblang itu jatuh, maka dia sudah mulai kejiman alias kesurupan.

Tahap ketiga, adalah tahap pemilihan lagu untuk mengiringi sang penari. Ada kalanya, lagu yang dimainkan tidak disetujui oleh sang penari yang sudah trance ini. Kalau sang penari setuju, maka ia akan berdiri dan menari dengan gemulai berlawanan dengan arah jarum jam. Kalau tidak setuju, dia tidak mau berdiri serta memberi isyarat agar sang pengiring memainkan lagu lain. Kadang kala, disaat jeda pemilihan lagu dan sang penari beristirahat, disisipkan pula ritual sabung ayam.

Setelah ritual tari berhenti sejenak, maka ada beberapa gadis cantik dengan kebaya memegang kembang dirma yakni bunga beraneka warna yang dipercayai bisa mendatangkan berkah. Lalu bunga ini diberikan pada penonton, lalu penonton memberikan derma uang ala kadarnya.

Tahapan ini disebut tundik dan beberapa menyebutnya Ngibing, yakni saat dimana sang penari mengajak penonton untuk ikut menari. Cara memilih penontonnya unik, yakni sang penari Seblang melemparkan sampur pada penonton. Siapa yang ketiban sampur itu harus menari bersama penari Seblang. Suasana menjadi ramai dan penuh tawa saat penonton lari berhamburan menghindari sampur yang dilempar itu.

Inilah titik puncak dari upacara Seblang. Saat sang pengiring memainkan lagu Candradewi yang dimainkan dengan cepat, sang penari juga berputar dengan cepat. Lalu sang penari rebah dan tergeletak menelungkup. Saat ini petugas kembali meminta derma dari para penonton.

Seusai pertunjukkan, ada satu ritual lain yang tak afdol rasanya jika tak diikuti. Yakni acara berebutan sesajen hasil pertanian yang digantung di beberapa bagian kantor balai desa. Ada durian, padi, alpukat, sirsak, pisang hingga kelapa.

Prosesi Ritual Seblang Olehsari
Masih dalam suasana Lebaran, di Desa Olehsari (sekitar 5 km sebelah barat Kota Banyuwangi) diselengarakan acara adat tahunan Seblang. sebenarnya tak begitu sulit mencari lokasi karena arena, karena dari kejauhan sudah terdengar musik gamelan yang "ngelangut' sekakan-akan memanggil siapa saja untuk datang.

Walaupun prosesi dilaksanakan pada siang yang cukup terik, disekeliling arena telah berjubel masyarakat yang akan mengikuti acara Seblang. Dahulu diantara kerumunan penonton itu selalu dibuka jalur yang disediakan untuk jalan tamu gaib yang naik kuda. Juga disediakan kursi-kursi kosong. Siapapun tak berani menginjak jalur atau menduduki kursi tersebut, karena untuk tamu-tamu gaib.

Di pusat upacara tampak sebuah tonggak berupa tongkat panjang yang ditempel batang tebu segar. Disisi tonggak tertanam kokoh sebuah Payung Agung. Selain berfungsi sebagai sebagai tempat Pemain Musik, sepertinya juga merupakan ekspresi Yoni, yaitu sentral kegiatan upacara yang bersifat metafisic tersebut.

Di sebelah barat, tak kurang 8 (delapan) orang wanita setengah baya yang bertindak sebagai penyanyi (sinden) duduk di sebuah gubuk tak berdinding, siap mengiringi Penari Seblang. Pada gubuk yang beratapkan daun nyiur tersebut, bergelantungan puluhan buah-buahan dan Poro-Bungkil (hasil bumi) yang merupakan simbolis kemakmuran desa.

Tak lama muncullah seorang gadis yang berpakaian aneh. Dengan wajah bercadarkan rumbai-rumbai daun pisang muda dituntun oleh seorang wanita setengah baya, seraya diiringi oleh puluhan orang menuju ke pusat kegiatan upacara. Salwati (16 tahun), gadis penari seblang itu pelan-pelan dituntun dan didudukkan di dekat "prapen" empat asap kemenyan mengepul...

Seorang dukun atau pawang paling tua, Mbah Asnan (70 tahun), tampak membolak-balikan nyiru kecil diatas pedupaan seraya berkomat-kamit mebacakan mantra. Mendadak nyiru kecil tersebut disorongkan ke arah Salwati. Saat Salwati menerima Nyiru itu, seketika itu iapun terkulai lemas tak sadarkan diri.

Diiringi oleh para pawang sebanyak 5 (lima) orang, terdiri dari 3 (tiga) pria dan 2 (dua) wanita kesemuanya berusia lanjut. Salwati menjadi 'kejimen' (baca : in-trance) dan menari gontai dengan indahnya. Terdengar mengalun gending pembuka 'Seblang Lokento' Salwati terus menari mengelilingi arena yang luasnya 7 x 7 meter mengitari tonggak dan payung. "Seblang yo Lokento sing dadi encakono ..."  berulang-ulang dinyanyikan oleh para pesinden dengan antusias penuh riang.

Dengan mata terpejam,penari seblang sesekali seperti mengajak bercanda para penonton dengan mengibas-ngibaskan selendangnya.Ketika itu pula penonton memberi semangat dengan seloroh-seloroh bernada canda.Sang penaripun menyambut canda manis itu dengan goyangan pinggulnya yang indah.

Disaat rombongan koor mendendangkan tembang 'Kembang Dirmo' saat itu pula susunan bunga-bungaan aneka warna yang terdiri dari 5 (lima)sampai 7 (tujuh) kembang yang disusun dalam tusukan lidi mirip sate, dijajakan kepada penonton. Maka berebutlah para muda mudi membelinya. Karena kabarnya cukup bertuah untuk urusan cinta asmara.Adegan lain yang juga tak kurang menarik adalah atraksi 'Ngibing'. Ini terjadi di hari ketiga dan seterusnya dari 7 (tujuh) hari pementasan seblang. Sang penari seblang oleh para pawang tubuhnya diangkat dan ditempatkan diatas sebuah meja yang tersedia,sehingga tampak lebih tinggi dari penonton.  Mendadak penari tersebut melemparkan sampur ke arah penonton. Siapa saja yang tertimpa selendang (biasanya laki-laki), haruslah bersedia menari bersama dengan sang penari Seblang. Pada acara yang cukup atraktif tersebut, begitu seseorang selesai 'ngibing' dengan penari Seblang, maka dliemparlah berulang kepada yang lain. Sehingga berkesan bergiliran.

Anehnya saat senja turun, terjadi adegan yang cukup mengharukan hati. Penari Seblang tampak memperlihatakan kegirangannya tatkala gending "Chondro Dewi" dinyanyikan. Dengan suka citanya, penari Seblang mencapai puncak orgasme tariannya. Karenanya, ia menjadi kelelahan dan kemudian terkulai pingsan ....

Tetapi ajaib, begitu lagu "Erang-erang" berkumandang, secara fantastic kekuatan lagu sendu itu seakan membangkitkan kembali sang penari dari pingsannya. Menurut beberapa sumber, membangkitkan kembali dari pingsannya adalah pekerjaan sulit bagi "Pengutuk" (pawang) yang merupakan mediator dengan mahluk halus tersebut. Harus dilakukan extra hati-hati, karena merupakan pekerjaan yang sulit dan berbahaya. Khabarnya jika tidak berhasil maka sang penari bisa kehilangan nyawa.

Akhirnya ketika Matahari nyaris lenyap di balik Pegunungan Ijen, berkumandanglah tembang penutup yang berbunyi : "Sampun Mbah Ktut sare sampun osan, yang kundangan yang muleh-muleh". Artinya kurang lebih demikian : "Sudahlah Mbah Ketut, acara sudah berakhir, pengunjung sudah akan pulang". Begitu usai diulang-ulang sebayak 10 (sepuluh) kali, sang penari Seblang tampak sadar kembali layaknya orang bangun dari tidurnya. Terbersit raut kebingungan di rona penari. Sesekali ia menyingkap rumbai-rumbai daun yang menatap wajahnya, Salwati tampak pucat pasi. Padahal keesokan harinya ia harus bertugas menari lagi sampai genap 7 (tujuh) hari.

Menonton Seblang di Olehsari tahun ini, ada satu hal yang sangat menarik. Seperti diketahui, prosesi penunjukkan kandidat penari Seblang juga tak luput dari aspek kekuatan supranatural. Setiap bulan puasa menjelang hari raya Lebaran, gergiliran salah satu ibu rumah tangga yang biasanya berusia 30 (tiga puluh) tahun ketas kesurupan.

Perbedaan Seblang Bakungan dan Seblang Olihsari
Secara awam jika kita perhatikan sepintas, prosesi penyelenggaraan Seblang di Bakungan tidaklah jauh berbeda dengan di Olehsari. Meskipun jelas banyak sekali terdapat perbedaan jika kita tinjau lebih mendalam.

Di Bakungan persiapan Seblang dimulai dengan mempersiapkan sesaji dan membersihkan benda-benda pusaka di 'Balai Tajuk'. Disusul dengan pawai obor Ider bumi dengan mengumandangkan Adzan, Istigfar dan doa Qunut. Tak ketinggalan "selamatan kampung" dengan sajian berupa Nasi Putih dengan lauk Ayam Panggang yang dicampur kukuran kelapa dengan sayuran terung, pakis dan kacang panjang yang tidak boleh dipotong-potong.

Waktu penyelenggaraan tidaklah sama, di Olehsari dilakukan disekitar 3 (tiga) hari setelah Hari Raya Lebaran, dan pertunjukan dilakukan sejak Mentari diatas kepala sampai dengan lenyap dari pandangan mata. Tetapi di Kelurahan Bakungan, upacara dilaksanakan malam hari, selepas magrib sampai pukul 24.00 tengah malam, dimalam Senin atau malam Jum'at pertama bulan Haji (Besar).

Penunjukkan Siapa bakal penari Seblang di Kelurahan Bakungan dilakukan atas dasar 'wisik gaib' yang diterima Sang Pawang, bukan lewat seorang ibu setengah baya yang kesurupan sepertihalnya di Desa Olehsari. Dan penari Seblang di Bakungan dilakukan oleh seorang janda tua, bukan seorang anak perawan yang baru akil balik.

Beberapa hal yang berbeda lagi antara keduanya adalah mengenai "Omprok" (mahkota) dan Gamelan. Di Kelurahan Bakungan, Omprok penari dibuat secara permanen dari tahun ke tahun. Berlainan di Desa Olehsari, setiap penampilan selalu dibuatkan Omprok baru, sebab bahannya terbuat dari daun pisang yang cepat layu.

Sedangkan untuk instrumen musik pendukung pada Seblang Bakungan menggunakan perangkat Gamelan Jawa Laras Selendro dan terkadang ditambahkan Biola. namun berlainan dengan di Olehsari yang mempergunakan 'Instrumen Banyuwangi' yang terdiri dari : Kendang, Gong, Peking, Slenthem dan Biola.

Kemudian karena penari Seblang di Bakungan menari dengan membawa Keris yang terhunus, sehingga di acara penutup terdapat prosesi Manjer Keling yaitu penari Seblang menari seraya mengadu dua Keris yang dipegangnya. Seblang di Olehsari tidak terdapat fase prosesi ini.

19 November 2012

Salah Siapa?

Kilas Sumberayu- Orang Jawa mengatakan bahwa Guru itu "Di Gugu lan Di Tiru", ada lagi pepatah mengatakan "Guru kencing berdiri murid kencing berlari". Kedua kalimat itu memang benar. Apalagi ketika seorang guru melakukan hal-hal di luar dari nilai-nilai kesopanan, maka hal itu akan dilakukan pula oleh siswanya. Akan tetapi guru tidak sadar bahwa tindakan tersebut di contoh dari apa yang ia lakukan.

Ketika seorang siswa melakukan tindakan yang membuat jengkel seorang guru, maka guru langsung menyalahkan siswa tersebut. Padahal tindakan itu dia contoh dari gurunya. Misalnya, ketika kegiatan upacara bendera, banyak siswa ngobrol, tidak disiplin. Dan mereka sudah diperingatkan berkali-kali tetap saja tidak ada perubahan. Sedangkan gurunya ngobrol, apalagi ketika ada tempat duduk, tidak segan-segannya mereka duduk. Tanpa mereka sadari bahwa mereka diperhatikan oleh banyak siswa. Dan ketika ditanya oleh salah satu rekannya, mereka menjawab “Jika saya berdiri terus, maka terasa pusing”. Sungguh alasan yang tidak masuk akal. Mereka tidak sadar, apakah siswanya merasakan hal itu juga? Merasa pusing ketika berdiri lama. Tapi mengapa siswa yang selalu disalahkan?

Dimana letak kesalahan itu? Bagaimana cara supaya tertanam jiwa yang disiplin dari seorang guru?

17 November 2012

15 November 2012

Hampir Kebakaran



Kilas Sumberayu- Malam ini 15 Nopember 2012 21.30 suasana di warung kopi Margonet mendadak ramai dan kacau, karena terjadi kebakaran di rumah belakang konter HP 'Pandu Cell'. Kebakaran berawal dari meja rias dan kebetulan rumah sedang kosong

Warga yang sedang menikmati kopi dan yang berada di konter HP tiba-tiba mencium bau terbakar dan melihat asap tebal dari rumah belakang konter, setelah salah satu penghuni rumah pulang dan pintu dibuka dan beberapa warga sekitar tempat kejadian segera bertindak cepat mendobrak pintu kamar kemudian berusaha mematikan api yang sudah mulai membesar. Semula dikira karena konsleting listrik, karena memang ada stop kontak yang terbakar namun ternyata karena lilin yang menyala dan lupa memadamkan saat ditinggal pergi

Tidak ada korban jiwa, hanya kerusakan kecil saja

13 November 2012

Kakek 87 Tahun Gergaji Leher Istri

Kilas Sumberayu - Samsuri (87) seorang kakek asal Dusun Jinesari, Desa Gentengkulon, Kecamatan Genteng, menganiaya Maimunah (75) istrinya  dengan memakai gergaji.


Perbuatan tersangka diduga dilakukan lantaran cemburu, Senin (12/11) pukul 10.00 WIB terhadap istrinya.  Polisi langsung datang ke Tempat Kejadian Perkara (TKP). Saat polisi datang korban sudah dievakuasi warga.
Sementara pelaku masih berada di rumahnya, berusaha mengemasi pakaiannya. Polisi dan warga, melihat darah korban berceceran di lantai ruang tamu. Dari hasil pemeriksaan di TKP, petugas menemukan gergaji yang digunakan pelaku untuk menganiaya istrinya.            Petugas lalu memeriksa korban yang mengalami luka di bagian alis sebelah kiri. Dan saat ini korban pulang ke rumah anaknya di Desa Ringintelu Kecamatan Bangorejo  Sunarti (42) - anak kandung korban - berhasil menolong korban karena mendengar teriakan ibu saat dianiaya ayahnya.
Dia berusaha melerai. Bapak akan menggorok leher mbok. Beruntung saya cepat mendekat dan merebut gergaji itu. Kalau tidak saya rebut mungkin sudah dibunuh,terangnya.  Dia menjelaskan bahwa hampir tiap hari bapak sama ibunya selalu bertengkar karena uang belanja Rp 20.000.
“Selain bapak cemburu kepada mbok dari hasil penerawangannya bapak menduga mbok punya selingkuhan,imbuh Sunarti.
Di sisi lain masyarakat mengenal pelaku sebagai dukun atau paranormal. Keterangan itu disampaikan tetangga mereka. 
Kapolsek Genteng Kompol Heru Kuswoto yang berada di TKP memberikan pembinaan terhadap pelaku. “Ternyata korban hanya mengalami luka ringan. Karena keduanya sudah usia lanjut kami hanya membina saja. Harapannya aksi mereka tidak terulang," ujarnya.


sumber : cendanapos

05 November 2012

Legenda Banyuwangi

Kilas Sumberayu- Legenda asal mula Banyuwangi ada beberapa versi, namun inti cerita dari cerita legenda tersebut tetap sama, yaitu Banyuwangi terlahir dari bukti cinta istri pada suaminya, salah satunya seperti yang tertulis di bawah ini

Konon, dahulu kala wilayah ujung timur Pulau Jawa yang alamnya begitu indah ini dipimpin oleh seorang raja yang bernama Prabu Sulahkromo. Dalam menjalankan pemerintahannya ia dibantu oleh seorang Patih yang gagah berani, arif, tampan bernama Patih Sidopekso. Istri Patih Sidopekso yang bernama Sri Tanjung sangatlah elok parasnya, halus budi bahasanya sehingga membuat sang Raja tergila- gila padanya. Agar tercapai hasrat sang raja untuk membujuk dan merayu Sri Tanjung maka muncullah akal liciknya dengan memerintah Patih Sidopekso untuk menjalankan tugas yang tidak mungkin bisa dicapai oleh manusia biasa. Maka dengan tegas dan gagah berani, tanpa curiga, sang Patih berangkat untuk menjalankan titah Sang Raja. Sepeninggal Sang Patih Sidopekso, sikap tak senonoh Prabu Sulahkromo dengan merayu dan memfitnah Sri Tanjung dengan segala tipu daya dilakukanya. Namun cinta Sang Raja tidak kesampaian dan Sri Tanjung tetap teguh pendiriannya, sebagai istri yang selalu berdoa untuk suaminya. Berang dan panas membara hati Sang Raja ketika cintanya ditolak oleh Sri Tanjung.

Ketika Patih Sidopekso kembali dari misi tugasnya, ia langsung menghadap Sang Raja. Akal busuk Sang Raja muncul, memfitnah Patih Sidopekso dengan menyampaikan bahwa sepeninggal Sang Patih pada saat menjalankan titah raja meninggalkan istana, Sri Tanjung mendatangi dan merayu serta bertindak serong dengan Sang Raja.

Tanpa berfikir panjang, Patih Sidopekso langsung menemui Sri Tanjung dengan penuh kemarahan dan tuduhan yang tidak beralasan.

Pengakuan Sri Tanjung yang lugu dan jujur membuat hati Patih Sidopekso semakin panas menahan amarah dan bahkan Sang Patih dengan berangnya mengancam akan membunuh istri setianya itu. Diseretlah Sri Tanjung ke tepi sungai yang keruh dan kumuh. Namun sebelum Patih Sidopekso membunuh Sri Tanjung, ada permintaan terakhir dari Sri Tanjung kepada suaminya, sebagai bukti kejujuran, kesucian dan kesetiannya ia rela dibunuh dan agar jasadnya diceburkan ke dalam sungai keruh itu, apabila darahnya membuat air sungai berbau busuk maka dirinya telah berbuat serong, tapi jika air sungai berbau harum maka ia tidak bersalah.

Patih Sidopekso tidak lagi mampu menahan diri, segera menikamkan kerisnya ke dada Sri Tanjung. Darah memercik dari tubuh Sri Tanjung dan mati seketika. Mayat Sri Tanjung segera diceburkan ke sungai dan sungai yang keruh itu berangsur-angsur menjadi jernih seperti kaca serta menyebarkan bau harum, bau wangi. Patih Sidopekso terhuyung-huyung, jatuh dan ia jadi linglung, tanpa ia sadari, ia menjerit "Banyu..... ... wangi............... . Banyu    wangi ... .." Banyuwangi terlahir dari bukti cinta istri    pada suaminya.

03 November 2012

Lomba RT dari Sumberberas (foto)

Kilas Sumberayu- RT 02 RW 01 Sidomulyo Sumberberas terpilih sebagai wakil dari RT-RT sewilayah kecamatan Muncar untuk megikuti Lomba RT se Kabupaten Banyuwangi. Bersaing dengan 10 RT yang terpilih dalam 10 besar RT terrapi, terbersih dan paling teratur Sekabupaten Banyuwangi

Berikut persiapan dan penilaian lomba RT yg dilakukan oleh warga RT 02 RW 01 Sidomulyo Sumberberas menuju finalis dalam foto

Lomba RT

Lomba RT

Lomba RT

Lomba RT

Lomba RT

Lomba RT

Lomba RT

Lomba RT

Lomba RT

Lomba RT

Lomba RT

Lomba RT

Lomba RT

Lomba RT

Lomba RT

Lomba RT

Lomba RT

Lomba RT

Lomba RT

Lomba RT

01 November 2012

Lima Hari Kerja di Kantor Desa Sumberberas (Pengumuman)



Kilas Sumberyu- Mulai hari ini 1 Nopember 2012 lima hari kerja berlaku di Kantor Desa Sumberberas, sehingga pelayanan surat menyurat atu urusan pemeirintahan antara warga dengan pemerintahan desa bisa dilayani samapi sore. Dengan jadwal Senin sampai Kamis mulai aktifitas sejak pukul 07.00 s/d 15.30 dengan waktu istirahat pukul 12.00 s/d 12.30, sedang untuk hari Jumat mulai kegiatan sejak pukul 07.00 s/d 14.30 dengan waktu istirahat pukul 11.00 s/d 13.00

Sabtu, Minggu dan Hari-hari besar kegiatan di kantor desa libur
Home