Selain diperingati sebagai Hari Pahlawan, tanggal 10 November juga merupakan hari kelahiran Kerajaan Majapahit, kerajaan Hindu-Buddha terbesar yang pernah berdiri di Nusantara pada abad 13-14 selain Sriwijaya.
Alkisah di akhir abad ke-13 tatkala Singhasari pada masa Kertanagara, terjadilah pemberontakan Jayakatwang, penguasa Kediri yang menjadi kerajaan bawahan Singhasari. Akibat pemberontakan yang dipicu balas dendam itu Singhasari menemui kehancurannya. Namun, ada kebangkitan kembali berkat menantu Kertanagara sendiri, yaitu Raden Wijaya.
Nama “Majapahit” ditahbiskan ketika Raden Wijaya dan pengikutnya asal Madura tengah mendirikan sebuah permukiman di pinggiran Sungai Brantas, hutan orang-orang Trik. Tatkala para pengikut yang sedang membuka hutan itu kelaparan, mereka makan buah maja yang rasanya pahit. Lalu, lahirlah Majapahit menjadi nama desa.
Sumber naskah Jawa tertua yang menyebutkan daerah bernama Majapahit itu adalah kitab yang baru ditulis pada 1600, Serat Pararaton –sekitar 200 tahun lebih setelah Kakawin Nagarakertagama digubah. Naskah Pararaton tidak menyebutkan Majapahit sebagai ibu kota, melainkan suatu permukiman ketika Raden Wijaya mempersiapkan perjuangannya untuk merebut kembali kejayaan Singhasari.
Akhirnya, Raden Wijaya berhasil merebut kekuasaan dari pemberontak. Kemudian dia bertakhta di Ibu Kota Majapahit sebagai raja yang pertama bergelar Kertarajasa Jayawarddhana pada hari ke-15 bulan Kartika tahun 1215 Saka yang bertepatan dengan kalender masehi 10 November 1293. Inilah tanggal yang diperingati sebagai hari berdirinya kerajaan Majapahit.
“Tahun itu mengawali lahirnya suatu kerajaan baru sebagai penerus kerajaan sebelumnya, Singhasari,” ujar Hasan Djafar yang seorang ahli arkeologi, epigrafi dan sejarah kuno Indonesia. Dia juga seorang pensiunan dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.
Kelak Raden Wijaya menurunkan raja-raja Majapahit, dan raja-raja penerusnya di Tanah Jawa yang bertakhta hingga hari ini.
“Kita tidak tahu sebenarnya di mana ibu kota itu,” kata Hasan Djafar. Menurutnya, sejauh ini tidak ada sumber tertulis yang menyebutkan secara tersurat lokasi persisnya Majapahit.
Namun, menurut Hasan, berita Tiongkok yang ditulis Ma Huan menyebutkan sebuah ibu kota yang terletak sisi barat daya Canggu –pelabuhan kuno di tepian Sungai Mas. Ibu kota itu dapat ditempuh sejauh berjalan kaki selama satu setengah hari. “Kalau kita perhitungkan lokasinya sekitar Trowulan sekarang,” ungkap Hasan.
Dari catatan Ma Huan, sepertinya Majapahit telah pindah dari pinggiran Brantas ke daerah agak pedalaman, namun pelabuhan dan sungai masih merupakan jalur utama menuju kerajaan itu. Prasasti Canggu pada 1358 menyebutkan tentang tempat penyeberangan di sungai-sungai besar, seperti Sungai Brantas dan Bengawan Solo. Pertumbuhan tak hanya di daerah pedalaman, tetapi juga di daerah sepanjang pantai utara Jawa. Djafar berpendapat hal ini membuka peluang Majapahit menjadi kerajaan yang bukan hanya agraris, melainkan juga komersial sebagai kerajaan maritim.
Pada masa Raja Hayam Wuruk ketika Majapahit mencapai masa keemasannya, “Prapanca menuliskan gambaran Nusantara dengan begitu detailnya dengan menyebutkan berbagai kepulauan,” tutur Hasan.
Hasan mengacu pada sumber sejarah Kakawin Nagarakertagama yang judul sesungguhnya adalah Desawarnana, artinya uraian tentang desa-desa.
Nama Nagarakertagama diberikan oleh Jan Laurens Andries Brandes, ahli filologi yang menemukan naskah tersebut di reruntuhan Keraton Cakranagara, Lombok. Karya pujasastra tersebut digubah oleh Rakawi Prapanca pada 1365, seorang pujangga Majapahit yang kelak menjadi “pelopor sejarawan modern dan jurnalis pionir di Indonesia.”
Meskipun Nagarakertagama menjadi kitab sohor yang melambungkan pemerian lengkap tentang Kerajaan Majapahit, kakawin itu tidak pernah menyebut secara eksplisit nama ”Majapahit”. Prapanca menyebut kerajaan sohor itu dengan nama Wilwatikta, Tiktawilwa, atau Tiktasriphala. Slamet Mulyana dalam Tafsir Sejarah Nagara Kretagama mengungkapkan hal tersebut wajar dalam pujasastra, ”Penggunaan kata Sansekerta kedengaran lebih gagah, namun nama sebenarnya adalah Majapahit.” (dikutip dari nationalgeographic.co.id)
28 Januari 2016
23 Januari 2016
Di Polres Banyuwangi Sudah ada Pelayanan SIM Online
Kabar gembira untuk masyarakat Banyuwangi yang ingin membuat SIM. Pasalnya, Polres Banyuwangi saat ini sudah bisa melayani pengurusan SIM secara on line. Pelayanan SIM online di Banyuwangi ini mulai di berlakukan pada Rabu (13/1/2016).
Kasubag humas Polres Banyuwangi AKP Subandi mengatakan, masyarakat yang ingin mendapatkan SIM baru maupun perpanjangan SIM, kini tidak lagi harus mengantri di mapolres. Cukup mendaftar melalui sistem on line.
AKP Subandi menjelaskan, cara pendaftarannya adalah, terlebih dahulu masyarakat membuka website polres Banyuwangi atau masuk saja ke url ini www.polresbanyuwangi.com/simonline.html. Setelah muncul halaman isian formulir "Surat Izin Mengemudi", maka isi saja semuanya yang harus diisi dengan isian yang benar.
Menurut AKP Subandi, setelah pengisian di lakukan,maka akan muncul nomer registrasi dari warga yang bersangkutan. Nomor registrasi tersebut di catat lalu di bawa ke mapolres Banyuwangi bagian SIM, untuk di serahkan kepada petugas. Selanjutnya menunggu antrian untuk di panggil foto.
Dengan adanya pelayanan SIM secara on line ini, masyarakat Banyuwangi tidak perlu harus antri mengisi formulir dan hanya tinggal menunggu giliran untuk pemotretan saja. Meski demikian kata Subandi, setiap pemohon SIM tetap harus menyiapkan surat keterangan kesehatan, yang di serahkan saat hendak pemanggilan pemotretan.
Kasubag humas Polres Banyuwangi AKP Subandi mengatakan, masyarakat yang ingin mendapatkan SIM baru maupun perpanjangan SIM, kini tidak lagi harus mengantri di mapolres. Cukup mendaftar melalui sistem on line.
AKP Subandi menjelaskan, cara pendaftarannya adalah, terlebih dahulu masyarakat membuka website polres Banyuwangi atau masuk saja ke url ini www.polresbanyuwangi.com/simonline.html. Setelah muncul halaman isian formulir "Surat Izin Mengemudi", maka isi saja semuanya yang harus diisi dengan isian yang benar.
Menurut AKP Subandi, setelah pengisian di lakukan,maka akan muncul nomer registrasi dari warga yang bersangkutan. Nomor registrasi tersebut di catat lalu di bawa ke mapolres Banyuwangi bagian SIM, untuk di serahkan kepada petugas. Selanjutnya menunggu antrian untuk di panggil foto.
Dengan adanya pelayanan SIM secara on line ini, masyarakat Banyuwangi tidak perlu harus antri mengisi formulir dan hanya tinggal menunggu giliran untuk pemotretan saja. Meski demikian kata Subandi, setiap pemohon SIM tetap harus menyiapkan surat keterangan kesehatan, yang di serahkan saat hendak pemanggilan pemotretan.
09 Januari 2016
Musrenbangdes desa Sumberberas 2016
Kilas Sumberayu - Seperti biasanya, Musrenbangdes adalah tindaklanjut dari hasil tilik dusun di wilayah desa Sumberberas untuk melaksanakan pembangunan desa, sehingga pada hari Sabtu, 08/01/2016, 20:00 pemerintah desa Sumberberas mengadakan Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (MUSRENBANGDES) di balai desa Sunberberas.
Pada Musrenbangdes kali ini Ibu Kepaladesa Sumbeberas Sri Purnanik menceritakan dan menunjukkan lewat tayangan slide dari hasil pembangunan desa yang sudah tercapai pada tahun 2015, dan juga diharapkan pembangunan desa tepat sasaran dengan mengacu pada kebutuhan bukan pada keinginan, sehingga yang dianggap lebih urgent maka akan didahulukan.
Slide dari pencapaian hasil di 2015 bisa dilihat pada video ini
"Mungkin pada pembangunan tahun 2016 ini jalan Arjuna (perempatan Bagong ke timur) akan diaspal, namun masih hanya 4m x 1Km, ucap bu Kades Sri Purnanik.
"Murenbang adalah sokoguru dan tolak ukur dari pembangunan nasional, diharap skala prioritas pembangunan untukkepentingan umum, terutama di bidang Pendidikan dan Kesehatan" ucap Ali Mustofa salah satu anggota dewan yang memberi sambutan pada Musrenbangdes 2016 di Sumberberas
Wakil dari Kecamatan bapak Ir Sunardi pada sambutannya di Musrenbangdes desa Sumberberas 2016 mengatakan, "Jika warga masarakat ingin mendapat dana hibah, maka usahanya harus sudah memiliki badan hukum, sehingga usahanya bisa lebih maju lagi."
Pada Musrnbangdes kali ini ada usulan untuk membangun sarana footsal terbuka, yaitu lapangan footsal yang gratis dan bisa dipakai kapan saja oleh warga Sumberberas untuk menyalurkan olah raga terutama yang hoby bermain footsal
Pada Musrenbangdes kali ini Ibu Kepaladesa Sumbeberas Sri Purnanik menceritakan dan menunjukkan lewat tayangan slide dari hasil pembangunan desa yang sudah tercapai pada tahun 2015, dan juga diharapkan pembangunan desa tepat sasaran dengan mengacu pada kebutuhan bukan pada keinginan, sehingga yang dianggap lebih urgent maka akan didahulukan.
Slide dari pencapaian hasil di 2015 bisa dilihat pada video ini
"Mungkin pada pembangunan tahun 2016 ini jalan Arjuna (perempatan Bagong ke timur) akan diaspal, namun masih hanya 4m x 1Km, ucap bu Kades Sri Purnanik.
"Murenbang adalah sokoguru dan tolak ukur dari pembangunan nasional, diharap skala prioritas pembangunan untukkepentingan umum, terutama di bidang Pendidikan dan Kesehatan" ucap Ali Mustofa salah satu anggota dewan yang memberi sambutan pada Musrenbangdes 2016 di Sumberberas
Wakil dari Kecamatan bapak Ir Sunardi pada sambutannya di Musrenbangdes desa Sumberberas 2016 mengatakan, "Jika warga masarakat ingin mendapat dana hibah, maka usahanya harus sudah memiliki badan hukum, sehingga usahanya bisa lebih maju lagi."
Pada Musrnbangdes kali ini ada usulan untuk membangun sarana footsal terbuka, yaitu lapangan footsal yang gratis dan bisa dipakai kapan saja oleh warga Sumberberas untuk menyalurkan olah raga terutama yang hoby bermain footsal
08 Januari 2016
Serangan Penyakit Chikungunya.
Sudah sekitar satu minggu ini. Warga Desa Kami banyak yang terserang penyakit chikungunya.
Gejala yang dirasakan penderita penyakit chikungunya tersebut, adalah ngilu disekujur tubuh. Lama kelamaan kesemutan dan susah digerakin sebagian anggota tubuhnya.
Selama seminggu ini lebih dari 10 warga yang terkena penyakit chikungunya tersebut. Kesemua yang terkena penyakit rumahnya bersebelahan, dan kata mereka serangan penyakit chikungunya datang pada antara jam 7 - 10 pagi. Makanya sekarang banyak yang larang tidur di pagi hari.
07 Januari 2016
Ada 79 Situs Sejarah di Banyuwangi
Balai Arkeologi Yogyakarta berhasil mengidentifikasi 79 situs sejarah di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Situs-situs itu berasal dari masa prasejarah, klasik atau Hindu-Budha, serta masa kolonial dan Islam. “Banyuwangi mempunyai potensi arkeologi yang lengkap,” kata Peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta, Hari Lelono, kepada Tempo Selasa, 5 Januari 2016.
Hari menjelaskan, penelitian arkeologi di Banyuwangi dilakukan sejak 2013 hingga 2015. Situs-situs tersebut terdiri atas 11 kategori, yakni bangunan rumah tinggal, makam, sumur, gudang, bangunan publik, bungker, pemujaan, artefak, pabrik, bendungan, dan bangunan lain yang belum diketahui detail fungsinya.
Menurut Hari, situs prasejarah terletak di Kecamatan Glenmore dan Kecamatan Muncar. Balai Arkeologi mengidentifikasi Perkebunan Kendeng Lembu di Glenmore sebagai situs Neolitikum. Situs itu diduga kuat sebagai permukiman tertua di Pulau Jawa. Sedangkan di Muncar, Balai Arkeologi menemukan dua situs megalitikum berupa punden berundak.
Adapun situs masa klasik atau Hindu-Budha antara lain situs Gumuk Payung dan situs Bale Kambang di Kecamatan Muncar; serta sejumlah artefak di Pura Sandya Dharma dan fragmen batu candi di Alas Purwo.
Sedangkan situs masa kolonial di antaranya bangunan pabrik pengolahan kopi di Perkebunan Kalibendo, Asrama Inggrisan, dan sejumlah bungker tepi pantai yang dibangun di era penjajahan Jepang.
Hari mengatakan sebagian besar situs tersebut, terutama bangunan kolonial, dalam kondisi memprihatinkan karena rusak dan hilang. Untuk mengetahui keberadaan bangunan-bangunan kolonial ini, Balai Arkeologi menggunakan tiga peta di era kolonial Belanda, yakni tahun 1830, 1850, dan 1915. “Banyak bangunan kolonial yang tak bisa ditemukan lagi saat ini,” ujarnya.
Hari menjelaskan bangunan kolonial yang hilang, seperti Hotel Asia Pasifik di selatan Taman Blambangan, gedung-gedung perbankan di Pantai Boom, dan Gedung Juang yang dulunya adalah kamar bola (societet). Hilang dan rusaknya bangunan situs tersebut karena rendahnya kesadaran pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam merawat peninggalan sejarah.
Balai Arkeologi, Hari melanjutkan, telah memberi rekomendasi kepada pemerintah Kabupaten Banyuwangi agar menetapkan situs-situs sejarah itu menjadi cagar budaya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010. “Perlindungan terhadap situs sejarah penting sebagai bagian identitas masyarakat Banyuwangi.”
Pelaksana tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Muhammad Yanuarto Bramudya, mengakui belum satu pun situs sejarah di daerahnya ditetapkan sebagai cagar budaya. Alasannya, pemerintah daerah masih menunggu keseluruhan hasil penelitian dari Balai Arkeologi.
Alasan lainnya, kata Yanuarto, pemerintah Kabupaten Banyuwangi belum mengalokasikan anggaran khusus untuk perawatan situs-situs sejarah tersebut. Sebab, anggaran di instansinya masih difokuskan untuk pengembangan pariwisata alam dan kesenian. “Semoga tahun 2016 ada anggaran untuk perawatan situs-situs sejarah,” ucapnya.(tempo)
Hari menjelaskan, penelitian arkeologi di Banyuwangi dilakukan sejak 2013 hingga 2015. Situs-situs tersebut terdiri atas 11 kategori, yakni bangunan rumah tinggal, makam, sumur, gudang, bangunan publik, bungker, pemujaan, artefak, pabrik, bendungan, dan bangunan lain yang belum diketahui detail fungsinya.
Menurut Hari, situs prasejarah terletak di Kecamatan Glenmore dan Kecamatan Muncar. Balai Arkeologi mengidentifikasi Perkebunan Kendeng Lembu di Glenmore sebagai situs Neolitikum. Situs itu diduga kuat sebagai permukiman tertua di Pulau Jawa. Sedangkan di Muncar, Balai Arkeologi menemukan dua situs megalitikum berupa punden berundak.
Adapun situs masa klasik atau Hindu-Budha antara lain situs Gumuk Payung dan situs Bale Kambang di Kecamatan Muncar; serta sejumlah artefak di Pura Sandya Dharma dan fragmen batu candi di Alas Purwo.
Sedangkan situs masa kolonial di antaranya bangunan pabrik pengolahan kopi di Perkebunan Kalibendo, Asrama Inggrisan, dan sejumlah bungker tepi pantai yang dibangun di era penjajahan Jepang.
Hari mengatakan sebagian besar situs tersebut, terutama bangunan kolonial, dalam kondisi memprihatinkan karena rusak dan hilang. Untuk mengetahui keberadaan bangunan-bangunan kolonial ini, Balai Arkeologi menggunakan tiga peta di era kolonial Belanda, yakni tahun 1830, 1850, dan 1915. “Banyak bangunan kolonial yang tak bisa ditemukan lagi saat ini,” ujarnya.
Hari menjelaskan bangunan kolonial yang hilang, seperti Hotel Asia Pasifik di selatan Taman Blambangan, gedung-gedung perbankan di Pantai Boom, dan Gedung Juang yang dulunya adalah kamar bola (societet). Hilang dan rusaknya bangunan situs tersebut karena rendahnya kesadaran pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam merawat peninggalan sejarah.
Balai Arkeologi, Hari melanjutkan, telah memberi rekomendasi kepada pemerintah Kabupaten Banyuwangi agar menetapkan situs-situs sejarah itu menjadi cagar budaya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010. “Perlindungan terhadap situs sejarah penting sebagai bagian identitas masyarakat Banyuwangi.”
Pelaksana tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Muhammad Yanuarto Bramudya, mengakui belum satu pun situs sejarah di daerahnya ditetapkan sebagai cagar budaya. Alasannya, pemerintah daerah masih menunggu keseluruhan hasil penelitian dari Balai Arkeologi.
Alasan lainnya, kata Yanuarto, pemerintah Kabupaten Banyuwangi belum mengalokasikan anggaran khusus untuk perawatan situs-situs sejarah tersebut. Sebab, anggaran di instansinya masih difokuskan untuk pengembangan pariwisata alam dan kesenian. “Semoga tahun 2016 ada anggaran untuk perawatan situs-situs sejarah,” ucapnya.(tempo)
Tahun 2016, Dana Beasiswa Mahasiswa Banyuwangi Naik
Tahun 2016 ini, Pemkab Banyuwangi kembali meningkatkan dana untuk menunjang SDM. Melalui program beasiswa “Banyuwangi Cerdas’ untuk calon mahasiswa dan mahasiswa, baik yang kuliah di dalam maupun luar Banyuwangi, pemkab mengalokasikan dana sebesar Rp 3,75 miliar pada 2016.
Jumlah ini boleh dibilang meningkat dari tahun 2015 yang dianggarkan sebesar Rp 3,2 miliar. Calon mahasiswa yang ingin mendaftar dapat melalui proses pengajuan di sekolah masing-masing. Mereka bakal mendapat beasiswa jika lulus ujian masuk di perguruan tinggi yang dituju.
Adapun mahasiswa yang sudah berkuliah juga bisa mendapatkan beasiswa melalui proses seleksi. “Kriterianya terutama kurang mampu secara ekonomi yang akan diverifikasi,” ujar Sekkab Banyuwangi Slamet Karyono.
Dia menambahkan, alokasi beasiswa Banyuwangi Cerdas terus ditingkatkan. Program tersebut dimulai pada 2011 dengan alokasi dana yang terus meningkat. Total 2011 telah disalurkan dana Rp 10,708 miliar kepada lebih dari 700 mahasiswa asli Banyuwangi yang berkuliah diberbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Jika ditambah dengan alokasi dana tahun 2016, maka total beasiswa yang disalurkan meucapai Rp 14,4 miliar. “Biasiswa tersebut merupakan upayapa peningkatan daya saing sumberdaya manusia Banyuwangi. Saat ini beasiswa baru untuk tingkat sarjana. Insyaallah-kedepan direncanakan skema beasiswa akan diperluas hingga untuk mahasiswa pasca sarjana atau S2,” jelas Slamet Karyorno.
Selain itu melalui skema APBD, pemkab juga mengajak dunia usaha untuk ikut menyalurkan tanggung jawab sosial perusahaannya dengan mendukung penyalurn beasiswa bagi dunia pendidikan Banyuwangi.
Langkah lainnya adalah penggalangan dana di berbagai festival wisata yang digelar dikabupaten berjuluk The Sunrise of Java itu. Slamet mencontohkan, pemkab baru saja menyerahkan dana beasiswa pendidikan Rp 192 juta untuk 77 pelajar di kawasan sekitar Gunung Ijen.
Para pelajar itu mayoritas adalah putra-putri dari para penambang belerang di gunung yang mempunyai kawah indah tersebut. Dana tersebut berasal dari sebagian hasil penggalangan dana wisatawan yang menghadiri pergelaran Jazz Ijen beberapa waktu lalu.
Dana yang terkumpul dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar dan mendapat manfaat dari penyelenggaraan B-Ffest. “Semoga dana tersebut bisa menunjang pembelajaran, seperti untuk membeli buku-buku pengetahuan agar khazanah keilmuan pelajar bisa kian berkembang,” ujar Slamet.
Sebelumnya Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi Sulihtiyono menjamin uang beasiswa Banyuwangi Cerdas akan dapat tersalurkan dengan lancar. Karena sebelumnya dengan UU Nomor 23 talum 2014 dimana dana hibah harus melalui badan hukum, sedangkan para mahasiswa bersifat perorangan.
“Kita bekerja sama dengan berbagai universitas yang menampung mahasiswa pemeroleh program Banyuwangi Cerdas, supaya dana dapat disalurkan kepada mereka baru dilanjutkan ke para mahasiswa,” kata Sulihtiyono. (radar)
Jumlah ini boleh dibilang meningkat dari tahun 2015 yang dianggarkan sebesar Rp 3,2 miliar. Calon mahasiswa yang ingin mendaftar dapat melalui proses pengajuan di sekolah masing-masing. Mereka bakal mendapat beasiswa jika lulus ujian masuk di perguruan tinggi yang dituju.
Adapun mahasiswa yang sudah berkuliah juga bisa mendapatkan beasiswa melalui proses seleksi. “Kriterianya terutama kurang mampu secara ekonomi yang akan diverifikasi,” ujar Sekkab Banyuwangi Slamet Karyono.
Dia menambahkan, alokasi beasiswa Banyuwangi Cerdas terus ditingkatkan. Program tersebut dimulai pada 2011 dengan alokasi dana yang terus meningkat. Total 2011 telah disalurkan dana Rp 10,708 miliar kepada lebih dari 700 mahasiswa asli Banyuwangi yang berkuliah diberbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Jika ditambah dengan alokasi dana tahun 2016, maka total beasiswa yang disalurkan meucapai Rp 14,4 miliar. “Biasiswa tersebut merupakan upayapa peningkatan daya saing sumberdaya manusia Banyuwangi. Saat ini beasiswa baru untuk tingkat sarjana. Insyaallah-kedepan direncanakan skema beasiswa akan diperluas hingga untuk mahasiswa pasca sarjana atau S2,” jelas Slamet Karyorno.
Selain itu melalui skema APBD, pemkab juga mengajak dunia usaha untuk ikut menyalurkan tanggung jawab sosial perusahaannya dengan mendukung penyalurn beasiswa bagi dunia pendidikan Banyuwangi.
Langkah lainnya adalah penggalangan dana di berbagai festival wisata yang digelar dikabupaten berjuluk The Sunrise of Java itu. Slamet mencontohkan, pemkab baru saja menyerahkan dana beasiswa pendidikan Rp 192 juta untuk 77 pelajar di kawasan sekitar Gunung Ijen.
Para pelajar itu mayoritas adalah putra-putri dari para penambang belerang di gunung yang mempunyai kawah indah tersebut. Dana tersebut berasal dari sebagian hasil penggalangan dana wisatawan yang menghadiri pergelaran Jazz Ijen beberapa waktu lalu.
Dana yang terkumpul dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar dan mendapat manfaat dari penyelenggaraan B-Ffest. “Semoga dana tersebut bisa menunjang pembelajaran, seperti untuk membeli buku-buku pengetahuan agar khazanah keilmuan pelajar bisa kian berkembang,” ujar Slamet.
Sebelumnya Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi Sulihtiyono menjamin uang beasiswa Banyuwangi Cerdas akan dapat tersalurkan dengan lancar. Karena sebelumnya dengan UU Nomor 23 talum 2014 dimana dana hibah harus melalui badan hukum, sedangkan para mahasiswa bersifat perorangan.
“Kita bekerja sama dengan berbagai universitas yang menampung mahasiswa pemeroleh program Banyuwangi Cerdas, supaya dana dapat disalurkan kepada mereka baru dilanjutkan ke para mahasiswa,” kata Sulihtiyono. (radar)
04 Januari 2016
Mengenal Sang Pencipta...
Setiap hari kita melakukan ibadah. Setiap kali kita mendengar anjuran beribadah. Beribadah yang ikhlas dalam bahasa arab dikatakan " lillahi ta'ala ".
Dan kadang disebagian kita merasa ada sebersit pertanyaan. Kepada siapa kita beribadah ?. Siapa Dia?. Dimana Dia?. Bagaimana Dia?. Dan jawabnya selalu begini. Dia di sini didalam hati. Tidak sedikit orang berpikir bahwa jawaban itu kurang memuaskan. Kurang berbobot. Coba mari kita kaji bersama. Agar kita lebih mengenal dan dekat dengan pencipta.
Kita tau tuhan memiliki nama, Tuhan memiliki sifat. Mari kita baca dan resapi nama - nama Tuhan yang sudah ditulis. Dengan Kita mengerti dan mengetahui namaNya. Bukan tidak mungkin kita akan lebih dekat denganNya.
Dengan Kita mengenal dan mengerti sifatNya. Kita akan tahu wujud dia yang sebenarnya.
Jangan takut dengan pemikiran anda. Karna mengenal dan mendekatkan diri pada Tuhan bukanlah tindakan dosa.
02 Januari 2016
6 Wanita yang tidak boleh Dinikahi
Menurut Imam Ghazali, Inilah 6 Tipe Wanita yang Tidak Boleh Dinikahi Meski Cantik dan Kaya
Seorang laki-laki yang sudah memenuhi syarat untuk menikah dan siap secara lahir dan batin, diharapkan segera untuk menikah. Namun dalam hal ini, hendaknya para laki-laki dapat memilih wanita terbaik yang akan ia jadikan istri dan juga ibu bagi anak-anaknya kelak.
Dalam Ihya’ Ulumiddin bab Adab Nikah, Imam Al Ghazali memberikan nasehat kepada laki-laki muslim agar tidak menikahi enam tipe wanita, yaitu : Al Annanah, Al Mananah, Al Hananah, Al Haddaqah, Al Barraqah, Dan Asy Syaddaqah.
Siapa saja yang termasuk dalam 6 tipe wanita menurut Imam Ghazali? Berikut ini penjelasannya:
Al Annanah
Al Annanah adalah wanita yang suka mengeluh dan mengadu.
Menikahi wanita tipe ini membuat suami sulit mencapai sakinah dalam keluarga. Sebab suka mengeluh tidak mendatangkan solusi apapun. Ia justru bisa menguras emosi suami. Sedangkan mengadu sering merusak hubungan baik dengan sesama, baik kerabat maupun sahabat. Apalagi jika yang suka diadukan istri adalah orang tua suami.
Al Mananah
Al Mananah adalah wanita yang suka mengungkit-ungkit kebaikan dan jasanya.
Menikahi wanita tipe ini membuat seorang laki-laki terhambat menjalankan perannya sebagai pemimpin keluarga. Jika ia berbeda pendapat dengan istrinya, sang istri mengungkit kebaikan dan jasanya. Apalagi jika secara ekonomi sang suami “lebih rendah” dari istrinya.
Selain itu, mengungkit kebaikan berbahaya bagi kehidupan akhirat keluarga. Setiap keluarga muslim pasti menginginkan bisa masuk surga bersama-sama. Namun, perilaku mengungkit kebaikan mengancam terhapusnya pahala kebaikan tersebut. Jika pahala-pahala kebaikan terhapus, lalu apa bekal untuk masuk surga?
Al Hananah
Al Hananah adalah wanita yang suka menceritakan dan membanggakan orang di masa lalu.
Jika ia janda, ia membangga-banggakan mantan suaminya. Jika ia belum pernah menikah sebelumnya, mungkin ia membangga-banggakan ayahnya dan membandingkan dengan suaminya. Atau mungkin membangga-banggakan saudaranya atau temannya di hadapan suami.
Lebih parah lagi, kalau ternyata ia pernah pacaran sebelum menikah dan membangga-banggakan pacarnya di hadapan suami.
Al Haddaqah
Al Haddaqah adalah wanita yang keinginan belanjanya besar, mudah tertarik suatu barang atau produk, dan suka meminta suami membelikan. Pendek kata, boros dan konsumtif.
Jika wanita-wanita tipe sebelumnya menguras emosi suami, wanita tipe ini menguras kantong suami. Meskipun suaminya orang yang kaya, boros tetap tidak baik dan tidak disukai agama.
Apalagi jika suaminya pas-pasan atau miskin. Betapa banyak suami yang akhirnya terperosok ke jalan haram gara-gara permintaan istri yang berlebihan.
Al Barraqah
Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa ada dua makna al Barraqah.
Pertama, ia adalah tipe wanita yang suka berhias sepanjang hari. Meskipun demi tampil menawan di hadapan suami, berhias sepanjang hari termasuk sikap berlebihan.
Berlebihan dalam belanja kosmetik dan berlebihan dalam pemanfaatan waktu yang mengabaikan kewajiban-kewajiban lainnya. Apalagi jika niatnya bukan untuk suami.
Kedua, wanita yang tidak mau makan dan suka mengurung diri sendirian.
Dengan kata lain, ia tipe penyedih. Bagaimana keluarga bisa sakinah mawaddah wa rahmah kalau sang istri suka berbuat demikian?
Asy Syaddaqah
Asy Syaddaqah adalah tipe wanita yang suka nyinyir dan banyak bicara.
Hampir setiap hal dikomentari dan komentarnya bukanlah komentar yang bermanfaat. Ada hal yang wajar saja dikomentari negatif apalagi jika ada kesalahan.
Menikahi wanita tipe ini, sulit bagi suami menemukan kedamaian karena semua sikapnya akan menjadi sasaran komentar nyinyir sang istri.
Itulah 6 tipe wanita yang sebaiknya tidak dijadikan istri atau pendamping hidup menurut Imam Ghazali. Semua itu demi kebaikan dan ketentraman rumah tangga dan keluarga kelak. Bukankah tujuan menikah adalah untuk ibadah? Oleh sebab itu, dalam memilih istri, sebaiknya yang dinilai pertama kali adalah akhlaknya.
Langganan:
Postingan (Atom)