Kilas SUmberayu- Sebuah terowongan misterius ditemukan terpendam di areal persawahan, Dusun Pasinan Desa/Kecamatan Singojuruh. Kabar penemuan itu memancing rasa penasaran warga untuk mendatangi lokasi. Hingga berita ini, ditulis warga silih berganti memadati lokasi penemuan.
Belum diketahui secara pasti asal usul terowongan menyerupai goa tersebut. Sejumlah sejahrawan Banyuwangi dari Yayasan Sejarah Blambangan, melakukan penelitian awal. Terowongan itu terpendam dua meter di dalam tanah dan ditemukan oleh Suparman, pemilik sawah.
Suparman secara tak sengaja mengetahui ada lubang memanjang saat membuat sumur. Para sejahrawan Banyuwangi, yang ikut meneliti mengatakan, pintu masuk terowongan diketahui berdiameter 90 centimeter dan memanjang mencapai 16 meter di dalam tanah.
Semakin ke dalam, ruang terowongan semakin melebar dengan tinggi hampir satu meter. Dinding terowongan adalah tanah cadas berwarna kemerahan.
"Kemungkinan dipakai gerilya bawah tanah," kata Arkeolog BP3 Trowulan, Wicaksono.
Dia menjelaskan, terowongan Pasinan memiliki kesamaan ciri-ciri dengan saluran-saluran bawah tanah yang ditemukan di Yogyakarta. Yakni, saluran berada di antara dua sungai dan dindingnya terbuat dari tanah. Di dalam terowongan yang menyerupai goa tersebut, juga tidak ditemukan petunjuk arkeologis. Yang berguna untuk menentukan periode terowongan.
Sebab itu, BP3 memastikan terowongan tidak berusia ratusan tahun. Terlebih terowongan hanya dikedalaman 1,8 meter di bawah tanah.
"Kalau dangkal kecil kemungkinan berusia ratusan tahun," tambahnya.
Temuan itu sempat diteliti oleh sejarahwan Banyuwangi dari Yayasan Sejarah Blambangan. Pintu masuk terowongan diketahui berdiameter 90 centimeter dan memanjang mencapai 16 meter di dalam tanah. Semakin ke dalam, ruang terowongan semakin melebar dengan tinggi hampir satu meter.
Dinding terowongan adalah tanah cadas berwarna kemerahan. Di langit-langit goa banyak stalagtit yang panjangnya bervariasi. Antara 10 hingga 30 centimeter.
"Di ujung goa saya bisa duduk, tapi masuknya kita harus merangkak," ungkap Agus Mursyidi, sejarahwan Banyuwangi.
Lebih lanjut dia menjelaskan, di langit-langit goa banyak stalagtit yang panjangnya bervariasi. Antara 10 hingga 30 centimeter. Diperkirakan terowongan tersebut berusia 300 tahun. Itu jika dihitung dari panjang stalagtit itu, yang tiap 1 centimeter stalagtit berusia 10 tahun. Sayangnya staglagtit banyak yang rusak akibat tersenggol warga yang masuk.
"Setiap 1 centimeter stalagtit berusia 10 tahun," lanjut Agus, yang juga dosen sejarah di Universitas PGRI Banyuwangi ini.
Kemungkinan terowongan itu dulunya adalah saluran irigasi di abad ke-18. Kemungkinan lainnya, adalah benteng pertahanan di masa peperangan melawan kolonial VOC/Belanda tahun 1771. Meski begitu masih perlu dibutuhkan penelitian lebih lanjut dari ahli arkeologi dan geologi. Untuk itu, temuan terowongan misterius tersebut akan dilaporkan ke pihak terkait. (surabaya.detik.com)