30 Juni 2015

Inilah Desa-desa dalam Zona Bahaya Gunung Raung

Sebanyak 26 desa yang tersebar di enam kecamatan di wilayah Kabupaten Banyuwangi masuk dalam zona bahaya Gunung Raung. Hal tersebut diungkapkan Eka Muharam, juru bicara Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banyuwangi.


"Daerah tersebut di wilayah Desa Sumberarum Kecamatan Songgon, Desa Jambewangi Kecamatan Sempu, dan desa-desa lain yang tersebar di Kecamatan Sempu, Kecamatan Glenmore, dan Kecamatan Kalibaru," kata Eka.

Petugas di BPBD Kabupaten Banyuwangi juga telah menyiapkan evakuasi sejak aktivitas Gunung Raung dinyatakan meningkat. "Kendaraan untuk evakuasi, makanan siap saji, dan tenda sudah kami siapkan," kata dia.

Sementara itu, jalur evakuasi sudah disiapkan sejak tahun 2014 lalu ketika status Gunung Raung meningkat dari Normal menjadi Waspada. "Kami sudah membentuk desa tangguh di wilayah Songgon yang sudah dibekali informasi dan keterampilan untuk menyelamatkan diri," kata dia.

"Terus kita pantau aktivitas Gunung Raung dan menyampaikan informasi kepada masyarakat melalui relawan," ujarnya.

Eka juga mengimbau agar masyarakat tidak terpancing isu, kecuali informasi resmi langsung dari BPBD dan instansi pemerintahan. Eka menyampaikan, setidaknya ada 200.000 orang di wilayah Kabupaten Banyuwangi yang harus dievakuasi dari zona merah dampak erupsi Gunung Raung.

Saat ini, lokasi steril adalah 15 kilometer dari pusat erupsi. "Jika sudah delapan kilometer, desa di enam kecamatan tersebut harus segera dievakuasi," ungkap dia.

Gunung Raung di Jawa Timur yang semula berstatus Waspada (level II) kini dinaikkan menjadi Siaga (level III). Peningkatan status itu terhitung sejak Senin (29/6/2015) pukul 09.00 WIB. Hal tersebut sesuai dengan surat edaran dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Dalam surat tersebut juga terdapat imbauan tidak ada aktivitas pada jarak dua kilometer dari pusat erupsi.

23 Juni 2015

Daftar SD Cukup Bawa Akte Kelahiran dan KK


Penerimaan peserta didik baru (PPDB) tidak hanya berlaku bagi SMP dan SMA sederajat. Mulai tanggal 1 sampai 4 Juli nanti, sekolah dasar (SD) juga membuka pendaftaran. Jika pagu PPDB SMP dan SMA sudah diatur, kebutuhan pagu untuk sekolah dasar disesuaikan dengan jumlah ruangan yang dimiliki dan kemampuan penyelenggaraan sistem belajar mengajar.

Persyaratan untuk masuk SD pun tidak serumit seperti tingkat SMP dan SMA. Peserta yang ingin mendaftar ke SD hanya perlu membawa akta kelahiran dan kartu keluarga (KK) tanpa harus menyertakan ijasah sekolah seperti TK atau PAUD.

Selanjutnya sekolah akan melakukan pertimbangan berdasarkan usia siswa dan kedekatan jarak tempat tinggal dengan sekolah. Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Sulihtiyono melalui Kasi TK dan SD Sugiantono mengatakan,  untuk seleksi di PPDB SD sebagian besar manual.

Hanya sebagian sekolah aja yang tahun ini melaksanakan PPDB secara online. Cara penilaiannya pun masih sama, yaitu dengan penghitungan  domisili siswa dan usia yang telah mencapai tujuh tahun. Selain menunjukkan KK, akte kelahiran akan menjadi prasyarat wajib bagi calon siswa yang akan mendaftar ke jenjang SD maupun MI.

Peraturan tersebut akan diperketat supaya mempermudah siswa di kemudian hari. Sebab, dalam dalam pendaftaran sebelumnya, persyaratan akte kelahiran sering diabaikan. Padahal, Pemkab Banyuwangi sudah memberikan program kemudahan dalam pengurusan akte kelahiran.

“Ijazah TK justru tidak menjadi syarat. Yang harus ada adalah akte kelahiran. Selain membuktikan usia sebenarnya dari siswa, hal ini akan mempermudah siswa di kemudian hari supaya tidak ada lagi kesalahan menulis ijasah karena tidak sesuai dengan akte,” jelas Sugiantono.

Terkait sekolah dengan peminat yang cukup tinggi, lanjut Sugiantono, sekolah diperbolehkan melakukan tes agar bisa menyesuaikan dengan pagu. Sistem tesnya diserahkan kepada sekolah asalkan terbuka sehingga tidak merugikan siswa.

“Ada beberapa sekolah yang cukup diminati sedangkan daya tampungnya terbatas, mereka bisa melaksanakan tes,” ujarnya. Sementara itu, dalam penyelenggaraan tes untuk membatasi jumlah pendaftar, Kepala SDN Kepatihan Endahwati mengaku akan menggunakan system scoring.

Acuannya, menurut mantan Kepala SDN Model, ini sama dengan syarat masuk SD pada umumnya. “Kita melakukan scoring dengan hitungan usia dan domisili. Mungkin bisa ditambahkan dengan prestasi. Nanti orang tua bisa melihat posisi anaknya di mana,” kata Endah.

Penggunaan sistem yang sama juga diterapkan SDN 4 Penganjuran. Hj. Setyaningsih, Kepala SDN 4 Penganjuran mengatakan, selama ini untuk menyeleksi siswa penggunaan metode scoring dengan menilai domisili dan usia masih cukup sesuai.

“Kalau memang ada kebijakan boleh mengadakan tes mungkin bagus. Tapi dengan scoring saja sudah cukup, karena sulit mencari siswa yang usianya pas dan jarak sekolahnya juga,” kata Setyaningsih. Ditambahkan oleh Kepala UPTD Pendidikan Kota Banyuwangi, Purwanto, secara teknis pelaksanaan PPDB online di tingkat SD masih semi online.

Orang tua siswa cukup membawa berkas seperti KK, KTP orang tua dan akte kelahiran. Selanjutnya operator sekolah memasukkan data ke dalam server agar bisa diamati perubahan skornya. Purwanto menjelaskan, akan ada penambahan sekolah penyelenggara  PPDB online dari tahun sebelumnya.

“Tahun ini kemungkinan kita tambahkan enam SD lagi untuk di UPTD kota. Jadi totalnya ada sepuluh SD. Hari Rabu (24/6) nanti operatornya baru kita kumpulkan,” jelasnya. (radar)

14 Juni 2015

PPDB 2015/2016 jalur Mandiri dan Reguler Pakai Online

Tahun lalu penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang menggunakan sistem online hanya untuk jalur reguler saja. Tahun ini jalur mandiri juga menggunakan sistem yang sama. Sistem baru itu menyebabkan para pendaftar baik siswa maupun orang tua tidak perlu membawa berkas fisik ke sekolah lagi.


Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dispendik Banyuwangi, Suhud. Dia memastikan bahwa pendaftaran, baik jalur reguler dan mandiri, akan dilakukan  dengan sistem online. Sehingga, para pendaftar tidak perlu lagi mengantre di depan sekolah tujuan seperti yang terjadi pada tahun sebelumnya.

Kali ini Dispendik Banyuwangi bekerja sama dengan Pusat Teknologi dan Komunikasi (Pustekom) Kementerian Pendidikan untuk menyempurnakan dan menyiapkan sistem PPDB. “Pendaftaran bisa dilakukan di mana saja. Itu bisa mencegah pungutan liar sekaligus menjaga transparansi dalam penerimaan peserta didik,” kata Suhud.

Terkait masalah pelayanan saat PPDB ,Suhud mengaku telah mempersiapkan banyak hal, baik infrastruktur maupun SDM. Untuk infrastruktur, pihaknya telah menyurati PLN dan Telkom untuk menjaga kestabilan jaringan internet dan listrik.

Untuk persiapan SDM, Dispendik menyiapkan dua operator dari masing-masing sekolah. Jika di total ada sekitar 200 operator dari 75 SMP, 17 SMA, dan 8 SMK yang ada di Banyuwangi. sebelum peserta mendaftar ke PPDB, peserta harus meminta nomor token yang akan digunakan masuk PPDB online.

Para operator itu bisa menjadi tempat peserta meminta penjelasan terkait sistem pendaftaran PPDB online. Jalur mandiri yang selama ini memerlukan banyak verifikasi tidak ada masalah. Sekolah tetap akan menyiapkan waktu untuk memverifikasi berkas peserta. “Pendaftarannya tetap online, meskipun nanti verifikasinya manual. Yang  jelas pendataannya bersamaan,” ujarnya. (radar)

05 Juni 2015

Banyuwangi Juara I Musik Tradisional pada PSP se Jatim


Hari ketiga Pekan Seni Pelajar (PSP) Jawa Timur kemarin menampilkan lomba kategori SMA/SMK/sederajat. Yang menggembirakan, pada lomba seni musik tradisional, kontingen Banyuwangi berhasil menyabet juara pertama. Mereka berhasil mengungguli kontingen Kota Surabaya dan Kabupaten Madiun.

Sementara itu, juara harapan pertama berhasil diraih kontingen Kota Probolinggo, juara harapan kedua diraih Kabupaten Nganjuk, dan juara harapan tiga milik Kabupaten Bondowoso.  Penata musik terbaik berhasil diraih Bambang Sukmo Pribadi dari Kota Surabaya.

Pada lomba musik tradisional kontingen Banyuwangi berhasil menjadi yang terbaik dari 22 kontingen yang mengikuti lomba musik tradisional dari berbagai daerah. Yang dinilai dalam lomba kemarin selain permainan musik secara global juga permainan musik para peserta harus harmoni.

”Yang terpenting lagi dalam lomba musik tradisional ini  adalah kreativitas,” terang salah satu panitia lomba, Suparno BS.  Berhasilnya kontingen Banyuwangi menjadi juara pertama dalam lomba musik tradisional kemarin merupakan pencapaian tertinggi yang diraih Banyuwangi.

Bagaimana tidak, target awal kontingen Banyuwangi sebenarnya pada lomba musik tradisional adalah juara tiga. ”Iya, sebenarnya  target kita juara tiga. Tapi Alhamdulillah kita berhasil juara pertama,”  terang ofisial kontingen Banyuwangi, Purwadi.

Dia menambahkan, kontingen Banyuwangi dalam lomba musik  tradisional kemarin menyajikan  musik tradisional dengan tema Jenggirat Tangi Lare Using.  Beberapa alat musik tradisional  Banyuwangi, seperti angklung, saron, kuntulan, selentem, kentungan, dan lain sebagainya, yang ditampilkan kontingen Banyuwangi mampu membuat juri memberikan nilai terbaik kepada mereka.

”Anak-anak tadi bermain ekspresif sekali. Ekspresi kontingen Banyuwangi ini sangat berbeda dengan kontingen lain,” sebut Purwadi. Pihaknya sangat berterimakasih kepada anak didiknya yang sudah memberikan yang terbaik untuk  Banyuwangi.

Juara pertama yang berhasil diraih itu menunjukkan bahwa musik tradisional Banyuwangi patut diperhitungkan di level Jatim. ”Beberapa tahun musik tradisional Banyuwangi tidak  pernah juara pertama. Namun, dalam PSP kali ini berhasil juara, sangat senang sekali. Terima kasih kepada kontingen Banyuwangi,”  pungkas pria yang juga guru SMAN  1 Tegaldlimo itu. (radar)

01 Juni 2015

Ini Alasan Pancasila Memakai Lambang Burung Garuda

Kita semua sudah mengenal Lambang Negara Republik Indonesia yang umum disebut sebagai Garuda Pancasila.

Tetapi mungkin hanya ada sedikit saja yang pernah memikirkan riwayat kejadian Lambang Negara ini.

Kapan tepatnya diciptakan? Siapa penciptanya? Kenapa yang dipilih justru lambang ini, bukan yang lain?

Inilah sejarah lahirnya Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara Indonesia.

Di dalam Ruang Patriot Yayasan Idayu dalam Gedung Kebangkitan Nasional Jakarta, terlihat sebuah lemari kaca yang memamerkan beberapa rencana gambar dan sketsa lambang Garuda dan lambang lain yang agaknya menjadi cikal bakal dari lambang negara kita yang sekarang.


Gambar-gambar ini termasuk dalam koleksi peninggalan almarhum Prof Muhammad Yamin.

Adanya koleksi pada peninggalan Yamin ini tidak mengherankan, karena sesudah terbentuknya negara Republik Indonesia Serikat (RIS) Muh Yamin diangkat menjadi Ketua Panitia Lencana Negara, dengan anggota antara lain Sultan Hamid II yang waktu itu masih menjabat menteri negara dalam kabinet RIS.

Di antara rancangan-rancangan itu ada meterai negara RIS berbentuk bundar tanpa Garuda.

Rencana itu diberi nama Matahari-Bulan atau Syamsyiah-Kamariah (Arab) atau Surya-Candra (Sansekerta).

Di tengah digambarkan matahari terbit dengan lima sinarnya, yang melambangkan sumber kodrat Allah, yang menurunkan kebahagiaan kepada tanah air dan bangsa Indonesia. Ialah pemerintah yang berdasarkan Pancasila.

Bulan sabit yang menyerupai tanduk banteng lambang perjuangan rakyat Indonesia.

Tujuh garis di air adalah tujuh kepulauan Indonesia.

Dua pohon kelapa berarti kemakmuran Indonesia di darat dan di laut.

Setia kepada kebiasaan kuno, gambar ini menghasilkan candrasangkala (khronogram) yang berbunyi “Matahari dilingkari kelapa dan bumi atau bulan menunjukkan tahun 1881 Saka atau 1949 Masehi.”

Rancangan lain yang mirip dengan ini mempunyai lingkaran luar dengan tulisan Republik Indonesia Serikat dengan gambar kepala banteng en profile (dari samping), di atasnya matahari terbit bersinar tujuh dan pohon kelapa di tengah-tengahnya.

Rancangan lain yang terlihat dalam koleksi ini menokohkan figur Garuda dan sudah agak mirip-mirip dengan lambang negara kita.

Di dalam lingkaran sebelah atas tertulis dengan huruf latin Republik Indonesia Serikat, Burung Garuda berdiri atas sebuah bantalan bunga teratai (padma).

Kepala Garuda ini digambarkan menurut contoh-contoh klasik dari candi atau pahatan lain, yakni kepala burung dengan rambut ikal. Tangan Garuda memegang perisai yang terbagi menjadi empat bidang.

Di tengah perisai ada garis melintang yang menggambarkan khatulistiwa.

Pada perisai terlihat gambar Banteng (lambang kekuatan, keberanian, keuletan), yang kedua (menurut arah jarum jam) pohon beringin (kekuatan hidup), tiga batang padi lambang kemakmuran dan akhirnya keris, lambang keadilan.

Rancangan yang mirip dengan gambar di halaman 6 kiri atas juga berbentuk bundar dengan Garuda di atas bantalan teratai.

Hanya perisai itu tak tampak jelas bahwa dipegang oleh Garuda, sebab hanya kelihatan jari kedua: tangannya sedikit menyembul di atas perisai.

Garuda memakai mahkota, kalung dan anting-anting, sayapnya mengarah ke bawah.

Di tengah perisai terbagi empat atau masih ada tambahan suatu perisai kecil bergambar banteng.

Gambar di dalam perisai ialah batang padi, pohon beringin, batang padi, dan keris.

Tulisan dengan huruf Arab-Melayu berbunyi “Republik Indonesia Serikat”.(intisari-online.com)
Home