Kilas Sumberayu- Sebuah data baru dari Pew Internet & American Life Project seperti dilansir The Huffington Postmenyebutkan bahwa tak hanya media tersebut yang disukai para remaja, komunikasi dalam bentuk tulisan singkat melalui handphone justru menjadi media komunikasi nomor 1 di kalangan remaja.
Fenomena ini tentunya tak lagi asing, kita sering melihat bahwa remaja di Indonesia juga mengalami hal yang sama. Penelitian yang dilakukan pada 800 remaja antara bulan April hingga Juli 2012 menunjukkan bahwa remaja berusia 12 - 17 tahun rata-rata mengirimkan pesan singkat berupa tulisan sebanyak 60 kali setiap hari, meningkat dari tahun 2009 yang 'hanya' 50 pesan setiap hari. Lebih detilnya, rata-rata remaja putri mengirim 100 pesan tertulis dan remaja putra sebanyak 50 pesan tertulis.
Sebanyak 77% remaja memiliki telepon genggam, satu di antara empat dari mereka memiliki smartphone dan mayoritas dari mereka menggunakan piranti tersebut untuk keperluan mengirim pesan berupa tulisan. 75% remaja mengatakan bahwa mereka lebih suka komunikasi menggunakan tulisan, 63% dari mereka mengatakan mengirim pesan tertulis setiap hari. Komunikasi dengan suara tak lagi penting, hanya 39% yang melakukan komunikasi dalam bentuk perbincangan, sisanya lebih suka menggunakan jempol.
Pada penelitian lain yang dilakukan Nielsen Survey, ditemukan fakta bahwa rata-rata remaja mengirim pesan tertulis sebanyak 3.417 kali dalam satu bulan, atau rata-rata 7 kali setiap satu jam. Remaja putri lebih banyak menggunakan pesan tertulis, rata-rata mereka mengirim pesan sebanyak 3.952 kali setiap bulan, sedangkan remaja putra hanya mengirim pesan tertulis sebanyak 2.815 kali dalam satu bulan.
Dengan fakta ini, para orang tua harus mulai memerhatikan hobi para remaja masa kini. Kasus pada orang dewasa juga dapat terjadi pada remaja, dan yang paling sering adalah gangguan tidur yang diakibatkan oleh banyaknya waktu yang terbuang untuk membalas pesan-pesan singkat. Demikian halnya kebiasaan untuk selalu menatap layar ponsel dan membalas pesan tertulis dalam situasi apapun. Orang tua memiliki tugas baru untuk memberi gambaran bahwa ada waktu-waktu tertentu di mana mereka harus fokus pada hal-hal khusus dan melupakan sebentar kegiatan 'senam jempol'. Misalnya saja saat makan malam keluarga, di kelas atau saat menghadiri acara tertentu.