Kilas Sumberayu- Kawah Gunung Ijen semakin moncer namanya di dunia pariwisata
(ecotourism). Banyak wisatawan domestik dan mancanegara berkunjung ke
gunung yang memiliki fenomena Blue Fire tersebut. Sayang, hal itu
dinodai adanya dugaan pungutan liar terhadap wisatawan.
Seperti
yang dikeluhkan Erwin (38), wisatawan lokal Banyuwangi. Bapak tiga anak
ini merasa diperas saat berwisata ke Gunung Ijen untuk mengisi liburan
akhir dan tahun baru kemarin. Dia diperas sejumlah orang yang mengaku
dari instansi tertentu.
Erwin diminta bayar Rp 10 ribu/orang.
Karena di dalam mobil ada 6 orang, maka dia harus membayar Rp 60 ribu.
Tidak hanya itu. Karena Erwin membawa kamera, dia diminta bayar lagi.
Tarifnya yakni Rp 50 ribu/kamera.
Parahnya lagi penarikan biaya
tersebut diduga tidak resmi. Karena wisatawan tidak mendapatkan semacam
karcis atau tiket sebagai bukti pembayaran. Ironisnya hal itu dilakukan
dihadapan para petugas resmi BKSDA.
"Saya disuruh bayar tapi
tidak diberi karcis," keluh pengusaha tambak ini, seperti dikutip dari surabaya.detik.com
Pungutan yang diduga tak
berizin ini dilakukan di areal parkir Pos Paltuding (Pos sebelum ke
puncak kawah Ijen). Sehingga mau tidak mau wisatawan akhirnya harus
membayar tarif tidak lazim tersebut. Atau wisatawan harus memutar
mobilnya keluar untuk pulang.
Diduga tidak hanya Erwin dan
keluarganya yang menjadi korban pungli. Namun hampir semua wisatawan
yang datang ke Gunung Ijen. Padahal di hari liburan akhir dan tahun baru
kemarin, ribuan orang menghabiskan waktunya di gunung penghasil
belerang itu.
Dari penelusuran detiksurabaya.com, pungli ini
diduga dilakukan oleh preman. Namun preman ini diduga sengaja
dipekerjakan oleh oknum instansi tertentu. Meski ada petugas resmi para
penarik pungli ini dibiarkan saja.
Jika hal ini dibiarkan, maka
sangat mungkin akan mencoreng nama baik Gunung Ijen. Dimana akhir-akhir
ini Kawah Gunung Ijen menjadi primadona destinasi wisata Nasional dan
International.